Aku Seorang Pemimpin (Bois)

Penulis : Bang Bois. Dicopy dari “Halaman Khusus Diary Warga”. Terima kasih atas kontribusi dan sumbangan opini atau tulisannya. 

Aku Seorang Pemimpin

Ya, begitulah kenyataannya… Sungguh tidak mudah menjadi seorang pemimpin yang dituntut untuk bisa memakmurkan rakyatnya menjadi lebih kuat dan berjaya. Sungguh tidak mudah bagi diriku yang mendambakan kedamaian ini bergelut dalam kerasnya persaingan.

Kulihat suku lain tampak kian berjaya, bahkan memiliki timbunan sumber daya yang melimpah, yang dijaga ketat dengan pertahan yang begitu kuatnya. Haruskah aku terus mempertahankan egoku dengan tidak ikut ikutan seperti mereka, yang dengan kejamnya menghancurkan suku-suku yang lemah dan kemudian merampas hasil sumber daya mereka? Bahkan… mereka yang kejam itu pun sudah berkali-kali merampas apa yang kami miliki. Padahal… semua itu kami kumpulkan dengan penuh perjuangan dan kesabaran, detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, dan seterusnya… Tapi apa lacur, sungguh mereka para agresor serakah yang tak pernah puas dengan segala yang dimilikinya, terus saja menindas kami dengan mengerahkan kekuatannya, merampas hak kami yang sudah kami kumpulkan dengan susah payah, bahkan hingga tak tersisa.

Sekali lagi aku bertanya pada diriku sendiri… haruskan aku tetap diam ketika suku yang kupimpin diperlakukan begitu rupa… hanya demi mempertahankan egoku yang begitu mencintai kedamaian? Tidak!!! Aku tidak boleh diam. Sungguh aku telah salah memilih… padahal sejatinya aku ini adalah seorang pemimpin yang dituntut untuk bisa memakmurkan rakyatnya. Benar… tidak salah lagi. Itulah pilihan yang seharus aku ambil… yang seharusnya sudah kulakukan sejak dulu. Sebab, aku ini cuma seorang kepala suku dalam sebuah permainan, yang mana pada permainan tersebut memang telah dibuat aturan yang mengharuskan pemain untuk menjadi agresor tangguh, dengan kemampuan bertahan dan menyerang yang mumpuni.

Ya, begitulah dunia permainan… ketika aku memutuskan untuk bermain… maka aku harus mengikuti aturan main. Sebab jika tidak, aku tak mungkin bisa menikmatinya. Alhamdulillah… kini sudah di TH 9, dengan peringkat tertinggi baru sampai liga champion. Maklumlah, aku berjuang seorang diri, murni tanpa sogokan… juga tak punya sekutu lantaran tak sepaham. Kini aku benar-benar bisa menikmati permainan ini, salut jika ada pemain yang selevel namun mempunyai strategi bertahan yang tak bisa kutembus, dan juga salut kepada pemain selevel namun mampu meratakan baseku. Inti dari permaian ini adalah kemampuan strategi dalam menyerang dan bertahan.

Dalam renungan… aku mendambakan dunia dalam keadaan damai… tidak ada perang sama sekali, bahkan kejahatan pun sirna dari muka bumi. Semua manusia hidup bahagia dengan penuh cinta dan kasih sayang, bahkan kepada semua makhluk ciptaan Tuhan. Setiap insan berlomba-lomba dalam kebaikan, guna meraih ridha dari-Nya. Tapi apa mau dikata… kehidupan ini pun sebuah permainan… yang mempunyai aturan main untuk ditaati. Sayangnya… tidak semua orang mau menyadari, bahkan membuat aturan main sendiri. Akibatnya… hati pun menjadi gundah gulana… tak bisa menikmati… hingga akhirnya rasa bosan pun menghampiri… bahkan sampai ada yang memilih mati…

Sungguh menjadi pemimpin diri sendiri itu tidaklah mudah, apalagi menjadi pemimpin rumah tangga. Bukan hanya bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, namun juga harus bertanggung jawab untuk keluarganya. Sungguh… sungguh teramat berat jika tanpa pertolongan Tuhan. Namun anehnya, kenapa justru ada yang begitu berambisi untuk bisa memimpin banyak orang. Apa dia itu sudah benar-benar mampu memimpin dirinya sendiri? Menjaga lisan dari berkata dusta misalnya, dan masih banyak lagi… Jika ia gemar berdusta, bagaimana mungkin Tuhan mau menolongnya? Memimpin diri dan keluarga saja sudah begitu sulitnya jika tanpa pertolongan Tuhan, apalagi memimpin banyak orang, bagaimana dia akan mempertanggung jawabkan semua itu.

Sebenarnya bukan hanya menjadi pemimpin saja yang sulit, namun memilih pemimpin pun ternyata tidak semudah mencoblos kertas. Karena itulah, tahun ini aku memilih golput. Sebab, aku merasa tidak pantas untuk memilih pemimpin… Hati nuraniku berkata, yang pantas itu hanya para ulama yang nuraninya bersih dan sudah dikenal banyak orang, mereka itulah orang-orang yang telah dikaruniakan kemampuan untuk bisa membedakan mana calon pemimpin yang baik dan yang tidak. T

erus terang, aku tidak mengerti. Kenapa orang seperti aku yang masih bergelimang dosa dipercaya untuk memilih, dan bagaimana jika aku salah memilih? Sungguh aku takut dimintai pertanggungjawaban lantaran belum bisa membedakan antara emas dan kuningan tapi sudah sok berani memilih. Karena itulah kini aku berlepas diri dari cara pemilihan yang keliru, dan selamanya tidak mau terlibat dalam urusan memilih pemimpin. Sebab jika aku sampai mengabaikan semua itu, sungguh aku ini pantas dihukum lantaran kesoktahuanku.

Dan apa yang kutulis ini bukanlah untuk diperdebatkan, melainkan hanya sebagai bahan renungan untuk mereka yang benar-benar mendambakan seorang pemimpin yang adil.

Satu respons untuk “Aku Seorang Pemimpin (Bois)

  1. negara berlandaskan PANCASILA
    bhineka Tunggal Ika
    semua agama harus tunduk pada hukum negara..
    semoga ada pemimpin yang amanat…..
    mengayomi seluruh agama dan kepercayaan
    adil dalam hukum……

Nama, mail dan website BOLEH diKOSONGkan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.