Danz Suchamda : Tuhan Yang Satu Berseru “KITA”


Artikel Copy Paste. Referensi Artikel. Bacaan Tmbahan. Komentar, diskusi, saran, share dll mohon di tulis/dishare langsung di/melalui sumber aslinya (link terlampir).

Tulisan Copy Paste. Tulisan iasli bisa dibaca di Facebook Page @sucamda

file2334

Penulis: Danz Suchamda. Ada yang mengatakan bahwa saya mencoba membuat suatu aliran agama baru atau “-isme” baru. Padahal kalau anda membaca dari awal page saya, sudah saya tegaskan bahwa saya mengkritik setiap agama, ideologi maupun “-isme” karena hal-hal itulah yang –apabila tidak disikapi secara tepat– mengakibatkan penyekat-nyekatan dan pemisahan antara satu manusia dengan manusia yang lain. Pada akhirnya menimbulkan apa yang disebut Violence atau kekerasan, bukan hanya secara fisik tetapi juga termasuk yg bersifat psikologis..dalam berbagaimacam bentuk manifestasinya, baik di dalam masyarakat maupun dalam keluarga-keluarga,…bahkan antara ibu dan anak!

Jadi, kalau saya seorang yang melihat akibat buruk dari suatu pengerasan konseptual dari suatu ideologi / pandangan kemudian saya hendak membuat satu lagi tambahan ideologi baru, maka saya pastilah orang yang sangat amat tolol sekali.

Lalu, –seperti biasa– pengejar saya manakala terpojok tidak bisa memberi argumentasi-balik, maka mengalihkan persoalan pada isu lainnya : “saya mengaduk-aduk jadi ajaran gado-gado”. Untuk tuduhan seperti ini, saya hanya ingin mempertanyakan : ada berapakah Tuhan?

Kalau anda menjawab bahwa di jagad raya ini ada banyak Tuhan, ya monggo…saya akan diam saja karena saya maklum. Tetapi bila anda mengaku bahwa Tuhan itu hanya satu (Eka), maka apakah 7 milyar manusia di bumi beserta segala keunikan dan ciri khasnya ini bukan Satu Tuhan itu juga yang menciptakan?

Tanpa disadari penuduh itu sudah menduakan Tuhan dalam dirinya sendiri bila berpikir bahwa di seantero jagad ini ada hal lain yang bukan berasal dari Tuhan (lalu siapa???). Seandainya anda menilai ada bagian yang “baik” atau “buruk” itu kan hanya berdasar persepsi atau penilaianmu sendiri akibat dari otak yang terbelah dua itu? Adakah satu mahluk pun di atas muka bumi ini yang berani mengatakan bahwa apa yang dikatakannya adalah bukan persepsinya sendiri?

Tentu semua ajaran di atas muka bumi , termasuk agama, aliran, ideologi, “-isme” adalah hasil dari persepsi masing-masing pihak saja, sementara Tuhannya tetap SATU dalam diriNya sendiri, sekalipun kalian manusia mau ngeyel membedakan sebagaimana kuatnya pun! (Cobalah renung akibat dari melawan Tuhan? …bencana, kesengsaraan, penderitaan, kejumudan, kesesakan, kemunduran, panasten (panas hati), betul??? nyekseni dewe tho???)

Nah, inilah yang menjadi masalah di atas muka bumi ini. Mengapa banyak mulut-mulut yang berteriak Tuhan itu satu tapi karena harga dirinya mengingkari adanya percikan-percikan kebenaran dari berbagai macam ajaran itu? Justru melihatnya berbeda-beda seolah hendak mengatakan bahwa berasal dari Tuhan yang berbeda? Tanpa disadari sudah musryk atau menduakan Tuhan! Proses di dalam benak pikirannya berpandangan bahwa ada “pihak lain” yang menjadi sumber dari segala sesuatunya yang mengada di atas bumi ini!

Dan lagi-lagi setelah tidak mampu memberi tanggap argumen….si penuduh mengalihkan lagi tuduhannya ke hal yang lainnya lagi, yaitu bahwa pluralisme itu tidak baik.

Untuk ini, mari kita lihat ayat dari Kitab Taurat. Babonnya kitab yang merupakan asal dari semua kitab-kitab samawi yang lain. Inilah ayat pertama di bab pertama yang mengatakan bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatunya :

Kejadian 1:1 “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”.
Ini dalam bahasa aslinya
Bereshit 1:1 : בְּרֵאשִׁית בָּרָא אֱלֹהִים אֵת הַשָּׁמַיִם וְאֵת הָאָרֶץ:
“Bereshit bara Elohim et hashamayim ve’et ha’arets”

Anda bisa lihat bahwa dalam bahasa aslinya “Elohim” yang diterjemahkan menjadi “Allah” dalam versi bahasa Indonesianya (LAI), adalah suatu kata bentukan plural maskulin. Saya tidak perlu membahas ini lebih mendetail dulu saat ini. Tapi inilah bukti yang menyatakan bahwa Tuhan itu satu maka disebut “God” dan bukan “gods”, tetapi juga bukan berarti bersifat exclusivistic melainkan memiliki bersifat plural. Artinya, esensinya adalah satu, tapi eksistensinya [secara parsial] bisa dikatakan dalam segala macam fenomena (in totality), in all being in all manifestation. Hal ini tidak terhindarkan manakala kita dari posisi eksistensi yang fragmented mencoba untuk memahami sesuatu yang whole / total / utuh. Suatu pernyataan akibat melihat dari bawah ke atas.

Jadi, dalam dinamika kehidupan di alam semesta ini, maka kita akan melihat pluralitas dari fenomena yang unite (menyatu) untuk memuliakan NamaNya. Inilah mengapa kita perlu membuka wawasan untuk keluar dari kotak sempit kepicikan kita yang bagai “katak dalam tempurung”. Karena kepicikan itulah yang membuat buta sebelah (tidak utuh dalam memahami). Tugas manusia yang diberikan oleh Tuhan adalah untuk bertumbuh dalam spiritualitas : kematangan jiwanya menjadi manusia seutuhnya. Kunci ini sudah dikatakan jelas dalam kitab Wahyu.

Revelation 13:18 “Here is a CALL FOR WISDOM : Let the one who has insight……”

Mari kita baca selengkapnya dalam versi bahasa Indonesianya :

Wahyu 13:18 “Yang penting di sini ialah HIKMAT: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam”.

Nahh……………….
Sudahlah sangat jelas artinya bahwa barang siapa yang tidak memiliki WISDOM berarti masih –maaf– setengah binatang. Inilah mengapa orang Yahudi tidak pernah protes terhadap penemuan Teori Evolusi Darwin : karena pemahaman Torah mereka memang seperti itu! Bahwa kehidupan ini mengalami evolusi, dan walau dalam tubuh manusia tetapi yang ditiupkan pertama adalah NEFESH (Animal Soul) belum menjadi RUACH. Untuk menjadi RUACH apalagi RUACH HA KODESH (Roh Kudus) maka memerlukan suatu proses spiritual!..dst.

Dengan demikian menjadi jelaslah, bahwa Tuhan menciptakan berbagai macam fenomena yang beragam di dunia ini adalah agar manusia bisa belajar, saling mengasuh dan menembusi Keesaan-Nya. Bagaimana mungkin anda MENEMBUS hakikat dari segala sesuatu kalau matamu buta sebelah?

Oleh karena itu, apa ruginya sih mengetahui ajaran pihak lain? Hanya kaum penipu pendustalah yang tidak ingin konsumen mengetahui sesuatu hal lebih dalam lebih banyak tentang seluk-beluk dari produk yang dijualnya!

Jadi pintar-pintarlah sedikit agar bisa membedakan antara pernyataan obyektif dan pernyataan subyektif. Mampulah untuk membedakan mana yang pernyataan akademisi dan mana pernyataan orang jualan.

Kalian semua mempunyai Nalar Budhi yang merupakan karunia dari Tuhan. Maka gunakanlah Nalar Budhimu untuk meneliti kebenaran segala sesuatunya demi memperjuangkan pembebasan jiwamu dari belenggu dunia.

“…karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” (Efesus 6:12)

Rahayu!

Danz Suchamda. 
7 July 2016. 4:30pm
·

CATATAN : Komentar atau diskusi sebisa mungkin mohon ditulis langsung di page facebook penulis aslinya KLIK

Nama, mail dan website BOLEH diKOSONGkan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.