Tolak Pornografi, Serius Nih?

Wage R. “Pornografi adalah racun bagi masyarakat sehingga harus diberantas atau ditolak”. Sepertinya hampir semua setuju. Namun masalahnya bagaimana caranya dan juga seriuskah kita untuk memberantasnya? Masih segar dalam ingatan saya saat  dukungan besar besaran bagai air bah saat pembentukan UU Anti Pornografi yang akhirnya SUKSES dan disahkan saat  Sidang Paripurna DPR pada 30 Oktober 2008.

“Horeee, mulai detik ini pornografi telah musnah dan tidak lagi memiliki tempat di negeri ini!!”

Hmmmmm……. ini ceritanya lagi ngelawak nih? Menurut pendapat saya, memberantas pornografi perlu keseriusan, konistensi ataupun “kerelaan” banyak pihak. Maksudnya? Mudah-mudahan cerita di bawah ini bisa menjelaskan.

Cerita Porno : DONGKRAK

Penulis: Wagerrr. Dongkrak adalah merupakan bahasa serapan dari bahasa belanda dommekracht yang artinya adalah alat untuk mengunkit atau menaikkan benda berat, umumnya adalah mobil. Kalau ditambahkan awalan me-(mendongkrak) artinya akan sedikit berubah namun masih berkisar seputar ungkit mengungkit. 

Cerita Porno : DOR !!!

Penulis: Wage Rahardjo. Cantik, pintar, body aduhai, kulit putih dan super mulus. Hmmmmm…… pria mana yang tidak tertarik untuk memilikinya? Namun hasrat kebanyakan pria langsung kenDOR begitu mengetahui profesinya.  Ya, Maria Dorsawa alias Inem alias si bintang ngeDOR pada cerita ini adalah seorang pelacur. Profesi yang tentu saja tidak sedap dan dianggap hina oleh kebanyakan orang,  walaupun si penghina juga setali tiga uang, sama kotornya. 

Apa Khabar UU Pornografi ?

Tidak terasa, UU pornografi saat sudah memasuki tahun ke 3, terhitung sejak saat disahkannya pertama kali, Oktober 2008.  Waktu yang sudah cukup untuk panjang untuk melakukan evaluasi dan penilaian. Bagaimanakah kondisi aktivitas pornografi di masyarakat saat ini? Apakah UU yang kelahiraannya sangat kontroversial ini  mampu meredam aksi dan kasus pornografi? 

Cerita Porno: Ah, Sama Saja

Katagori : Fiksi

Hari Minggu yang sangat cerah. Ah, sayang kalau hanya dilewatkan dengan memelototi layar TV seharian.  Bosan ah dengan hiruk pikuk berita politik dan selebriti dan saya-pun berjalan menuju garasi, mengambil sepeda  tua kesayangan dan mengayuhnya ke arah terminal yang jaraknya tidak sampai sekilo. Tempat yang saya tuju adalah pojok terminal, tempat si Bapak penjual aneka VCD yang kebetulan sudah saya kenal.