Tuhan Abal Abal

Diary Animisme bagian II . 

kopi33

Credit image : homeground.co

DONGBUD. Wager. Hari ini saya mencoba menulis topik bahasan yang paling privat menurut saya yaitu tentang Tuhan. Selama ini pada setiap bahasan atau debat tentang Tuhan, umumnya saya selalu menghindar. Kemudian diisaat chating dengan seorang teman baru dan akhirnya menjadi saudara jauh, saya juga sempat ditanya tentang Tuhan. Seperti kebiasaan sebelumnya, sayapun menghindar namun berjanji akan menuliskannya nanti secara lengkap namun ternyata selama bertahun-tahun janji tersebut tidak saya tepati. Jadi lewat kesempatan kali ini, saya mencoba belajar untuk menepati jaji.

Apa itu Tuhan ?

Apa itu Tuhan? Sepertinya hampir semua orang bisa menjawab atau menjelaskannya dengan sangat mudah bukan? Namun berhubung topik ini adalah “tentang saya” maka apa yang akan saya tulis di sini tentu saja Tuhan menurut saya, ala saya atau versi saya. Jadi apa itu Tuhan menurut saya?

  1. Tuhan adalah sesuatu yang tidak terpikirkan. Berpikir tentang Tuhan menurut saya adalah suatu kesia-siaan.
  2. Tuhan adalah sesuatu yang tidak bisa digambarkan ataupun dijelaskan (baik dengan gambar ataupun kata-kata). Tidak terpikirkan artinya ya tidak bisa dijelaskan.
  3. Tuhan ya Tuhan. Tidak ada Tuhan selain Tuhan. Apapun nama atau sebutannya, bagi saya tidaklah penting. Saya menyebutnya “Sang Hyang Tunggal”. Orang lain dipastikan juga memiliki sebutan sendiri. Tidak penting menurut saya. Nama hanyalah sekedar istilah atau kesepakatan umum yang disesuaikan dengan tampat dan wilayah.

Sejumlah orang mungkin mengaku bisa menjelaskan tentang Tuhan dengan sangat gamblang, lengkap dengan gelar, jenis kelamin, karya tulis (kitab) bahasa yang harus digunakan untuk berkomunikasi dll. Ya mungkin saja, cuma semua itu tidak cocok untuk saya.

Kalimat yang lebih sesuai menurut saya adalah “Seseorang mencoba menjelasakan SEDIKIT tentang Tuhan”. Sedikit artinya sebatas yang telah dipelajari, dibaca, dipercaya, diyakini atau sebatas kata  orang.

Sebagian orang mungkin dengan suara lantang mengatakan: “Tuhan adalah begini” yang kemudian dibantah oleh kelompok lain dengan mengatakan “Tuhan itu bukan begini tapi begitu”. Dibantah lagi oleh kelompok lain: “Ngaco lo, Tuhan yang benar itu adalah begini begini bin begitu begitu”. Akhirnya hanya akan menjadi debat kusir atau bahkan tidak jarang berakhir dengan jual beli makian.

Semua penjelasan tentang Tuhan tidak akan pernah cukup dan juga tidak kan pernah menjadi jelas. Alih-alih menjadi jelas, justru malah sebaliknya, Tuhan menjadi tidak jelas.

Berdebat tentang Tuhan menurut saya adalah suatu kebodohan. Bodoh bagi yang berusaha membantah dan bodoh juga bagi yang berusaha menjelaskan atau meyakinkan.

. . . . . . . . . . . . . . o o o O o o o . . . . . . . . . . . . . .

tuhan-yang palingbenar

= Maaf Mbah, Tuhan itu menurutku tidak ada ! 

Nah, sekarang saya mulai memasuki bagian yang paling penting dari pokok bahasan tentang Tuhan yaitu hubungan atau sikap kita terhadap rekan atau saudara yang berbeda opini atau keyakinan.

Percaya pada Tuhan itu mudah, namun menghormati orang yang tidak percaya ataupun bebeda kepercayaan, nah itu yang susah.

Saya tidak percaya Tuhan ! Bukanlah masalah besar bagi saya. Tuhan menurut saya bukanlah suatu kepercayaan sempit yang sudah cukup hanya dengan dieriakkan saja.

“Saya percaya Tuhan berarti saya benar dan anda salah. Saya bermoral dan anda tidak”. Kepercayaan terhadap Tuhan bukanlah stndar moral yang bisa dijadikan acuan menilai baik atau jahatnya seseorang. Sepanjang seseorang hidup dengan welas asih, cinta kasih, kerja keras, menciptakan penemuan baru dll, semua itu menurut saya adalah bagian dari ketuhanan. Segala suatu perbuatan yang dilakukan dengan penuh dedikasi demi kemajuan diri sendiri atau masyarakat maka itu juga adalah bagian dari bertuhan versi saya.

Bertuhan menurut saya tidaklah harus diterjemahkan beragama, baca kitab, sembahyang, berdoa sambil menangis meraung-raung minta ampun siang malam, merasa diri kecil dihadapanNYA namun merasa diri paling besar dihadapan ciptaanya.

Tuhan adalah satu, namun bagaimana dengan Tuhan agama lain ?

Duh, bagian ini saya tidak bisa menjawabnya dan sekaligus juga sama sekali tidak penting menurut saya.

Secara personal sih saya percaya: “Hanya ada satu Tuhan. Perbedaan hanya pada nama dan cara menyembah saja.” Namun masalahnya khan tidak semua orang setujua, tidak semua orang mau kalau Tuhannya disekutukan atau disama-samakan. Nah, khan repot. Jadi posisi saya sederhana saja, kalau orang lain orang lain mengatakan sama ya berarti kita temanan (berteman), kalau disebut beda ya tetap saja temanan.

Bagaimana sikap saya dengan orang yang menyembah batu sebagai Tuhan ?

Pertama kita mencoba terlebih dahulu berpikir sedikit lebih positif. Di zaman modern sekarang ini, mana ada orang yang menganggap batu atau patung sebagai Tuhan kecuali orang sinting? Sama dengan menyembah ke arah utara, apakah itu artinya Tuhan cuma ada di arah utara?

“Batu hanyalah sekedar media atau pemersatu arah”. Mungkin demikianlah penjelasan sederhana yang bisa saya tangkap. Menurut saya penjelasan tersebut sudah lebih dari cukup. Sepanjang yang bersangkutan senang kenapa kita menjadi repot? Tuhan sekali lagi bukanlah kepercayaan sempit yang harus diterjemahkan sebatas cara menyembah atau menghadap kearah mana. Tuhan adalah keseluruhan dari hidup, ya prilaku ya aktivitas, welas asih dll.

Semua prilaku baik dan welas asih, menurut saya adalah berTuhan. Jadi nenek moyang kita yang hidup ribuan tahun lalu, yang mungkin masih menyembah pohon dan batu besar-pun sepanjang hidup dalam ruang lingkup welas asih dan humanis baik menurut saya adalah sama dengan berTuhan.

Demikianlah tulisan paling privat tentang Tuhan versi saya, yaitu Tuhan versi animisme.

Wager

15 Oktober 2015

.

Karena ini adalah blog gratisan maka (kadang-kadang) akan muncul iklan di bagian bawah. Iklan adalah milik wordpress, bukan milik dongbud. Biar banyak klik / view juga tidak akan dapat duit.