
Pintu gerbang kuil Heian Jingu, Kyoto. Sumber image : wikipedia
Penulis: Wage Rahardjo. Suatu hari saya membaca diskusi sekelompok orang di dunia maya yang dengan semangat sedang membahas tentang topik agama atau lebih jelasanya kekerasan atas nama agama. Salah seorang diantaranya sepertinya tampak gerah berkomentar: “Aku memilih berTuhan tapi tidak beragama saja deh” katanya dan segera disanggah oleh temannya:
“Lho, berTuhan tanpa beragama? Bagaimana mungkin?”
Pertanyaan yang tentu saja sangat wajar. BerTuhan tanpa beragama adalah TIDAK MUNGKIN terjadi di negara kita bukan? Namun kalau kita menengok sejenak ke negara sekuler maka jawabannya jelas sangat mungkin. Pada bahasan kali saya sengaja mengambil contoh negeri Jepang sebagai contoh perbandingan. Alasannya adalah karena sejumlah keunikan yang mungkin tidak ditemukan di negeri lain yang selengkapnya saya tulis di bawah ini.
Tempat ibadah untuk orang tanpa agama
Kemanakah seseorang pergi saat hendak sembahyang? Jawabannya tentu saja ke tempat ibadah sesuai agamanya masing masing bukan? Ke gereja bagi yang beragama Kristen, ke mesjid atau mushola bagi yang beragama Islam dst. Nah, bagaimana kalau seseorang tidak menganut agama apapun?
Jawabannya nyaris mustahil. Namun khusus untuk di negeri Jepang, jawabannya adalah mungkin. Di negeri tersebut terdapat ratusan ribu kuil dengan ciri khas pintu gerbang berwarna jingga yang disediakan khusus bagi mereka yang berTuhan tapi tidak beragama. Kuil tersebut bisa didatangi atau dimasuki oleh siapa saja dengan bebas.
- Lho, tempat ibadah koq tanpa agama? Terus Tuhannya siapa? Kalau sembahyang atau berdoa harus ditujukan ke siapa?
Berdoa adalah bebas, bisa ditujukan kepada siapa dan apa saja, bisa pada Tuhan, kepada keluarga, sahabat, pacar atau bahkan ditujukan pada anjing-nya yang sedang sakit. Kalau bingung tidak tahu berdoa untuk siapa, maka mereka bisa berdoa untuk diri sendiri seperti kesuksesan, lulus ujian, kesehatan dll.
Konsep dari kuil ini adalah kebebasannya artinya bebas dari ikatan agama. Siapapun bisa datang dan berkunjung dengan bebas, baik untuk berdoa ataupun tidak. Pengunjung dijamin tidak akan pernah ditanya, distop, dihentikan apalagi dilarang masuk hanya karena gara gara alasan beda agama. Beberapa kuil tertentu juga berfungsi sebagai tempat wisata maka satu satunya alasan pengunjung dilarang masuk hanyalah kalau nyelonong kagak mau bayar tiket masuk.
- Aku rada bingung nih Mbah. Ini maksudnya agama Shinto khan?
Tidak ada agama Shinto di Jepang
Di sejumlah buku, info atau bahkan buku pelajaran di sekolah sering disebutkan bahwa Shinto adalah agama asli penduduk Jepang. Penjelasan ini 100% adalah salah. Hal ini tampak jelas dari bahasa yang mereka gunakan.
Agama Buddha dalam bahasa Jepang disebut dengan BukKyo (仏教). Akhiran Kyo artinya agama atau ajaran. Dengan pola yang sama maka agama Islam akan menjadi IsuramuKyo (イスラム教) Kristen menjadi KirisutoKyo (キリスト教), Hindu menjadi HinzuKyo (ヒンズー教), dst. Nah, sekarang apa bahasa Jepang-nya untuk kata ‘Agama Shinto’? Jawabannya adalah TIDAK ADA !
Inilah sebabnya bisa dipastikan bahwa anda tidak akan mungkin menemukan ada orang Jepang yang mengaku beragama Shinto. Kalaupun toh ada bisa dipastikan bahwa siJepang pasti sedang ngibul atau bercanda.
Shinto tidak memiliki kitab, dogma atau ajaran

Credit image : wikipedia
Shinto bukanlah agama. Hal ini diperjelas lagi dengan tidak adanya ajaran atau dogma, tidak ada kitab suci dan juga tidak ada nabi-nabian. Jadi praktis yang ada hanyalah bangunan kuil saja. Kuil hanya berfungsi sebagai tempat berdoa dan menggelar upacara budaya bukan berfungsi sebagai tempat khotbah. Lha, apanya yang mau dikotbahkan kalau mereka tidak memiliki ajaran?
Di dalam kuil juga tidak ada benda apapun yang harus disembah. Ciri khas dari kuil Shinto adalah sederhana dan minimalis. Di dalam altar hanya ada kotak kayu tempat menampung uang logam, potongan kertas putih sebagai hiasan. Kemudian di halaman kuil umumnya tumbuh sebatang atau beberapa batang pohon yang sudah berumur ratusan atau bahkan ribuan tahun sebagai tanda kedekatan atau penghormatan yang tinggi pada pada alam.
Seperti layaknya tempat ibadah, mereka juga memiliki sejumlah pendeta laki laki yang disebut Kanushi dan pendeta wanita yang disebut Miko. Yang cukup menarik, jabatan untuk pendeta wanita hanya berlangsung selama beberapa tahun dan berhenti setelah mereka menikah. Jadi pendeta wanita-nya dipastikan berumur masih sangat muda, berpenampilan sangat alami, rambut panjang, berpakaian sangat rapi dengan rok panjang menutup sampai mata kaki dan hmm…berwajah sangat cantik. (Duh, kagak nyambung Mbah !).
Karena tidak memiliki ajaran maka pendeta ini sama sekali tidak berfungsi sebagai tukang kibul khotbah, melainkan hanya sebatas sebagai pemimpin upacara, menjaga kebersihan kuil, menjual omamori atau jimat keberuntungan dll.
Tidak ada kata Shinto dalam percakapan sehari hari
Bagian ini sepertinya jauh lebih menarik sekaligus akan membuat pembaca bingung. Di bagian atas sudah saya singgung bahwa dalam pembendaharaan bahasa Jepang tidak dikenal kata “Agama Shinto”. Hal ini disebabkan karena Shinto bukan agama. Sekarang yang lebih menarik lagi adalah dalam percakapan sehari hari, kata Shinto itu sendiri nyaris TIDAK PERNAH DIGUNAKAN !
Kata umum digunakan adalah JINJA yang artinya adalah kuil atau Shrine atau Shinto Shirne dalam bahasa Inggris. Nah, terjemahan kata ini sepertinya cukup aneh, menarik atau menggelikan, kenapa bisa muncul kata Shinto pada terjemahan bahasa asingnya, padahal dalam bahasa aslinya kata (Shinto) tersebut tidak digunakan ?! Jinja ya Jinja saja.
- Tambah bingung aku Mbah. Disebut agama salah, disebut Shinto juga salah, jadi bagaimana cara menyebutnya?
Lha, Bukan cuma Sampean doang, orang Jepang sendiri juga tidak kalah bingungnya kalau ditanya tentang Shinto. Mereka hanya perlu tempat untuk berdoa dan tidak mau pusing dengan istilah dan sebutan, agama atau tradisi, apalagi tetek bengek dogma dan ajaran. Mereka sudah cukup pusing di tempat kerja jadi rada malas kalau diajak pusing dengan urusan yang tidak pernah mereka pusingkan sejak dari leluhurnya.
Ribuan tahun lalu, orang asing yang menyebarkan agama Buddha ke negara Jepang juga sama bingungnya dengan orang asing sekarang. Mereka bingung bagaimana cara untuk menyebut AGAMA KONYOL tersebut. Agama tanpa kitab suci, tanpa ajaran tapi punya kuil yang luar biasa besar, luar biasa banyak dan megah. Akhirnya sebagai jalan tengah untuk membedakan agama import dan agama lokal maka dipilih kata Shinto (神道) yang artinya JALAN TUHAN (bedakan dengan agama Tuhan).
Jadi kata Shinto ini sudah dipakai oleh ORANG ASING sejak lama dan berlanjut hingga kini. Sedangkan bagi penduduk asli, kata Shinto nyaris tidak pernah digunakan dalam percakapan sehari hari. Tulisan inipun karena ditulis oleh siMbah yang notebene adalah orang asing, maka terpaksa ikut ikutan menggunakan kata “Agama Shinto” walaupun tahu istilah tersebut adalah jelas jelas salah.
Animisme, Polytheisme atau Monotheisme ?
Shinto berakar dari kepercayaan primitif yaitu Animisme, agama yang memuja alam jadi dipastikan mengenal banyak Tuhan atau POLYTHEISME, Tuhan Gunung, Tuhan Danau, Tuhan Laut, Tuhan Bunga, Tuhan Kucing, Tuhan Anjing dst. Seiring dengan berkembangnya peradaban dan pola pikir manusia yang semakin maju dan mungkin juga pengaruh agama asing maka konsep Tuhanpun mengalami pergeseran arti dari konsep Polyteisme berubah menjadi MONOTHESIME.
Sekarang ini, kata Tuhan dalam arti umum dan standar dalam bahasa Jepang diterjemahkan dengan kata KAMI (神) atau KAMISAMA (神様). Nama ini juga dipakai untuk semua terjemahan buku agama asing yang merujuk pada kata Tuhan.
Perubahan konsep keTuhanan yang berkembang seperti ini sering tidak dipahami oleh orang asing sehingga masih tetap menganggap bahwa Shinto adalah agama animisme yang menyembah banyak Tuhan, pohon dan batu besar dan harus segera “disadarkan”. Pemahaman dangkal ini sering digunakan sebagai isue utama oleh misionaris agama asing untuk menyerang agama Shinto dan terbukti gagal. Polytheisme dan Monetheisme adalah topik usang dan basi yang mubazir untuk diperdebatkan. Jaman sekarang mana ada orang yang percaya batu besar, matahari, gunung dan pohon sebagai Tuhan?
Agama gado gado ala Jepang
- Lucu Mbah, Tuhan di Jepang bisa di up-date dan di up-grade seperti komputer. Apa boleh seperti itu Mbah ?
Lha, siapa yang bisa melarang? Ingatlah bahwa Jepang bukanlah negara agama yang suka main larang. Hampir semua penduduk di negeri tersebut tidak pernah mempersalahkan hal kecil seperti ini. Tahukah anda bahwa sebagian besar orang Jepang “menganut” dua atau bahkan tiga agama sekaligus. Mereka bebas dan terbiasa berdoa di kuil Shinto dan dilain kesempatan mereka juga berdoa di kuil Buddha.
Kebetulan cara sembahyang di kuil Shinto ataupun Buddha (Jepang) adalah nyaris sama yaitu melempar sekeping uang logam, mencakupkan tangan di depan dada selama 3-10 detik dan selesai. Saya seumur umur belum pernah melihat cara sembahyang sepraktis dan secepat ini. Sembahyang bisa dilakukan kapan saja dan tidak perlu ada pendeta atau orang sebagai pemimpin. Sembahyang berjamah hampir tidak dikenal pada tradisi Shinto.
Dalam kehidupan sehari hari, untuk perayaan yang bersifat keduniawian seperti kelahiran, pernikahan atau usia beranjak dewasa (20 tahun), dirayakan di kuil Shinto. Kemudian untuk urusan dunia akhirat seperti kematian akan dilakukan dengan ritual Buddha. Shinto tidak memiliki tempat makam sehingga mau tidak mau harus menggunakan ritual Buddha di saat meninggal. Dilain pihak kuil Buddha (di Jepang) tidak berfungsi sebagai tempat menikah jadi mau tidak mau harus dilaksanakan dengan ritual Shinto. Kedua agama ini seakan paduan yang serasi untuk orang Jepang.
Keanehan belum selesai sampai disini. Tahukah anda bahwa sebagian dari pasangan pengantin di negeri tersbut menikah di kuil Shinto (tradisional style) dan sebagian lagi MENIKAH DI GEREJA (modern style). Apakah mereka adalah pasangan beragama Kristen? Jawabannya tidak penting dan juga tidak pernah ada yang peduli. Mungkin suatu saat nanti (kalau tidak dilarang) mereka juga akan memiliki budaya menikah di Mesjid.
Dewa Matahari ?
- Ah, masak sih Mbah, Shinto tidak memiliki ajaran? Bagaimana dengan penjelasan sejumlah buku yang menyebutkan kaisar sebagai Dewa Matahari?
Amaterasu Omikami atau Dewa matahari adalah nama Dewa yang dipuja oleh keluarga kerajaan. Patung atau ilustrasi dari dewa ini hanya ada di sejumlah kuil milik kerajaan (Imperial Household Shinto). Kuil semacam ini di seluruh negeri jumlahnya sangat tidak lebih dari 5 kuil saja. Sedangkan untuk kuil umum yang biasa digunakan oleh masyarakat umum dan berjumlahnya ratusan ribu, perwujudan Dewa Matahari sama sekali tidak ditemukan. Seperti sudah disebut di bagian atas, altar kuil Shinto tidak ada patung atau gambar apapun jadi nyaris kosong melompong.
Kuil Shinto sama sekali tidak berfungsi sebagai tempat pemujaan leluhur karena Shinto tidak memiliki ritual untuk pemakaman. Semua kuburan dan ritual pemakaman dikelola oleh kuil Buddha. Sekali lagi, perkecualian hanya berlaku untuk kuil milik kerajaan, salah satunya adalah kuil Yasukuni yang dibangun khusus untuk menghormati korban perang dan juga sekaligus beberapa tokoh yang dianggap sebagai penjahat perang oleh negara lain. [Keterangan gambar : kuil Yasukuni]
Etika adalah acuan benar dan salah
- Mbah satu pertanyaan terakhir, aku rada bingung nih. Kalau Shinto tidak memiliki ajaran atau kitab suci, jadi apa acuan mereka menilai benar atau salah, baik atau buruk?
Anak anak di negara tersebut tidak dibesarkan dengan dogma dan ajaran agama (agama dilarang diajarkan di sekolah umum), tapi dibesarkan dengan ajaran ETIKA dan sopan santun.
Contoh mudah adalah tentang memberi salam, cara menghormat, cara mengucapkan terima kasih, cara minta maaf (ada banyak kata maaf dalam bahasa jepang) cara antre dan peduli dengan orang lain dst. Semua itu harus dipelajari sejak masih kecil. Dalam kondisi apapun, bahkan bencana, gempa dan tsunami sekalipun, antree dan tertib umumnya tetap akan mereka terapkan.
Kemudian tata cara makan yang diawali dengan mencakupkan tangan di dada sebagai ucapan terima kasih pada Tuhan yang telah menciptakan matahari, petani yang menanam dan merawat tanaman padi, ibu atau orang yang memasak dst. Beras kalau tidak dimasak oleh Ibu tetap saja hanya akan berupa beras. Jadi terima kasih ditujukan pada semua pihak bukan terbatas pada Tuhan saja. Kemudian terakhir makan sampai bersih sampai sisa nasi terakhir.
Bagian terakhir yaitu makan sampai bersih adalah sangat penting. Betapapun rajin dan seringnya anda sembahyang kalau masih menyisakan nasi atau makanan maka dianggap tidak sopan dan tidak tahu adat, terlebih lagi kalau bertamu ke rumah orang. Itulah sebabnya orang Jepang cendrung menggunakan mangkuk kecil sebagai tempat makan, bukan piring besar seperti yang biasa kita gunakan. Jadi makanan yang diambil tidak akan bisa muat banyak, sedangkan kalau kurang bisa nambah lagi.
Dalam berbahasa, selain bahasa halus (sopan) mereka juga mengenal yang namanya bahasa MERENDAHKAN DIRI. Jadi mereka selalu diajar untuk menempatkan diri lebih rendah dari orang lain yang direfleksikan dengan berbahasa. Kemudian dalam berprilaku ditunjukkan dengan sikap membungkukan badan. Golongan preman atau yakuzapun aturan membungkuk malah jauh lebih keras dan lebih desiplin lagi, walau diterapkan hanya antar anggota kelompoknya saja.
Bagi yang pernah belajar beladiri Judo pasti diajar cara menghormat gaya Jepang. Kemudian olah raga Sumo dan Kendo (pedang bambu) dilarang keras teriak teriak atau jingkrak jingkak di kala menang, karena nanti bisa bisa diberi peringatan atau bahkan kemenangannya dibatalkan. Kenapa? Karena, yang menang harus menjaga perasaan lawan yang kalah. Ini adalah folosofi dasar olah raga tradisional gaya Jepang.
Penyesalan, permintaan maaf juga harus dilakukan dengan membungkuk atau bahkan kadang harus dilakukan sambil bersimpuh di tanah atau lantai untuk kesalahan yang relatif besar seperti yang dilakukan oleh pimpinan PLTN pada kasus nuklir di Fukushima. Walaupun penyebabnya adalah gempa dan tsunami, sangat tidak elok kalau melempar kesalahan ke alam, tanggung jawab tetap ada pada manusianya. Penyesalan dan minta maaf dengan jalan bunuh diripun umum dilakukan pada masa lalu.
Sembahyang? Cukup setahun sekali
Pada dasarnya orang Jepang sama sekali tidak memerlukan agama dalam kehidupan mereka sehari hari. Mereka hanya memerlukan tempat untuk berdoa. Berdoa kepada siapa? Berdoa kepada siapa saja yang mereka percayai. Berdoa kepada Tuhan atapun berdoa pada diri sendiri.
Kapan sih waktu sembahyang atau waktu mereka berdoa? Jawabannya adalah tidak ada waktu dan jam khusus untuk berdoa. Kebanyakan orang hanya berdoa disaat berkunjung atau wisata ke kuil, mengantar krabat atau kenalan.
Datang secara khusus ke kuil untuk tujuan sembahyang adalah tidak lazim dilakukan, kecuali di saat tahun baru. Pergantian tahun baru di negara tersebut biasanya tidak dilewati dengan pesta atau hura hura tapi berdoa di kuil, terlebih untuk kalangan muda. Kenapa hanya untuk kalangan muda? Karena desember adalah musim dingin di negara tersebut, sehingga golongan tua biasanya akan berdoa besok paginya.
Jadi kalau di belahan dunia lain melewatkan tahun baru dengan pesta dan berkunjung ke tempat wisata, orang Jepang umumnya melewatkannya dengan berdoa di kuil. Mana yang lebih baik? Menurut saya adalah sama saja, yang penting hati senang dan damai.
RINGKASAN PENUTUP
Berpihak pada alam
Shinto adalah agama yang memuja alam. Kedekatannya dengan alam hampir tidak bisa dibantah. Bagi mereka yang pernah mendaki gunung Fuji pasti tahu bahwa di puncak gunung tersebut berdiri sebuah bangunan kuil kecil. Kuil semacam itu bisa ditemukan di seluruh pelosok tempat terpencil, di puncak bukit, gunung atau bahkan di tengah gua dan hutan.
Jadi kuil didirikan tidak melulu di tengah pemukiman penduduk. Untuk negara tertentu, tempat ibadah harus didirikan di tengah umat sendiri. Mendirikan tempat ibadah di pemukiman umat lain adalah dilarang. Aturan semacam ini tidak ada di negara Jepang.
- Kuil di tengah hutan? Lalu siapa yang sembahyang kesana Mbah? Monyet?
Itu tidaklah penting bagi mereka. Konsep pendirian kuil (shrine) adalah berbeda dengan konsep pendirian tempat ibadah versi agama. Kuil didiirikan tidak semata mata untuk berdoa tapi juga menunjukkan rasa hormat dan kecintaannya pada apa yang dipuja atau dikagumi, bisa Tuhan atau keindahan alam. Shinto sendiri artinya Jalan Tuhan, yang artinya mungkin banyak jalan menuju Tuhan, kemanapun kita pergi, walau ke tempat terpencil atau puncak gunung sekalipun pasti ada Tuhan. Begitulah kira kira menurut penerawangan Mbah. (Keterangan gambar : pintu masuk Iwakiyama Jinja, Aomori)
Menerima agama asing tanpa harus membuang agama asli
Shinto adalah merupakan satu satunya agama primitif atau animisme lama yang masih bertahan sampai saat ini. Agama asli ini tetap dipertahankan oleh masyarakat negeri tersebut karena dianggap memiliki sejumlah keunggulan. Keunggulan tersebut antara lain adalah kebebasannya, bebas dari dogma dan juga bebas dari ikatan ajaran baku yang harus diterima, dipercayai dan ditelan bulat bulat.
Kemudian agama lokal ini sangat berperan dalam pelestarian budaya. Festival dan perayaan besar di negeri tersebut biasanya selalu berkaitan dengan kuil Shinto. Sebagian besar festival yang ada sudah berumur ratusan atau bahkan ribuan tahun dan dilangsungkan setiap tahun tanpa pernah putus atau dilewatkan.
☆”Di Jepang, agama dan budaya lokal dipertahankan, sedangkan agama dan budaya asing diterima sebagai pelengkap, sedangkan di negeri lain mungkin sebaliknya. Di Jepang penduduknya sangat bangga dengan produk lokalnya tidak terkecuali juga dengan agama, sedangkan sekali lagi di negeri lain (mungkin) adalah sebaliknya”. Mbah Wage
Keunggulan lain dari Shinto adalah toleransi dan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman. Kedatangan agama asing yang notabene lebih modern sama sekali tidak dianggap sebagai saingan apalagi musuh tapi diterima apa adanya tanpa harus membuang agama asli leluhurnya. Demikianlah catatan kecil saya bulan ini tentang Shinto dan mudah mudahan ada manfaatnya.
Copyright@dongengbudaya
Copyright@wagerahardjo
Credit image : Wikipedia
Keterangan gambar paling depan : Miyajima Torii Gate, Usu Jingu, Oita., Kitano Tenmangu Jinja, Kyoto.
Nuwun sewu..
Mbah makasih tulisanaya menarik sekali mbah…
Di Indonesia Agama asing yg awalnya kita terima dg sikap toleran, kini malah berbuat sebaliknya mengultuskan bahwa agama pribumi, salah, tidak baik sesat dlll…ini bagai mana mbah…mumet sirahku….
Dalbo with love
Nuwun sewu..
Arigatou mbah atas tanggapanya,. oh ya mbah saya baru sadar ternyata PANCASILA , ayat satu bunyinya ” KETUHANAN YG MAHA ESA” bukan ” KEAGAMAAN yg ..bla.bla.bla..blaaassss
Jam papat setengah limo, menawi lepat nyuwun ngapuro…
Dalbo with love.
Akhirnya, postingan yang saya tunggu2 keluar juga. BerTuhan tanpa beragama tapi beramal, saya pikir ini jauh lebih baik daripada berTuhan, beragama tapi tidak beramal. Beramal dalam arti mengamalkan ajaran Tuhan. Menurut saya masih banyak orang Indonesia yang belum beramal.
itulah beda antara orang indonesia dng,orang jepang,singapur dan,negara2 lainnya. orang indonesia,kebanyakan menganggap,beragama itu berarti sekedar melaksanakan ritual kebaktian. sementara,orang2 di negara lain sdh menganggap bhw,beragama itu adalah bagaimana menyempurnakan kemanusiaan manusiawinya dalam kehidupan se-hari2… oleh karenanya,dijepang atau,singapur misalnya. hampir tidak ada yg namanya korupsi. ada pun,di negri ini,sekali pun mengaku beragama dan,bhkn rajin melakukan ritual agamanya. tetap saja ia msh mencuri…
haik wakarimashita. Ii kaku desu ne. arigatou
Sembah nipun Mbah…
baiklah… kini kita mempersamakan paham dahulu.. apakah itu Tuhan? Ber-Agama? ber- Tuhan? kemudian tentu kita diskusi panjang…apakah Shinto sama dengan/ hampir mirip/ sepemahaman dengan Agnostiq? Atheis? Khabalah? budaya bangsa (kejawen)? dan lain segabagainya…. yang sangat saya kagumi dan menarik dlm perihal perilaku Umat manusia adalah seperti hal nya melakukan sesuatu perilaku /tanggapan/ penilaian yang telah mereka Ikrarkan menjadi suatu keyakinan nya maka sesuatu itu ada dalam ajaran Kristiani/Budha/Muslim/jahudi/bahkan Agnostiq….. Sungguh menarik bukan…. Terima kasih atas Tulisan yg sangat bermanfaat ini, dalam berdiskusi nanti tentu “Ilmu saya akan bertambah…” dan Insyallah bermanfaat…
:)Mbak Rita, menyamakan paham tentang Tuhan dan agama, duh siMbah kagak berani deh. Setahu saya pemahaman konsep tentang Tuhan itu tidak bisa samakan dan kalau dibuat sama akan berpotensi membuat orang lain ngamuk.
Di tulisan ini saya sepenuhnya menggunakan acuan kamus. link Jadi berTUhan tanpa berAgama disini artinya kurang lebih percaya pada sesuatu yang dianggap sebagai Tuhan namun tanpa harus berafiliasi dengan paham tertentu atau tanpa memeluk agama tertentu.
Apakah Shinto adalah Atheis atau Agnostik? Duh, kurang tahu.
Salam dan semoga sehat.
saya suka tulisan ini… trimakasih sudah berbagi…
Mbah Wage Yang Terhormat,Sungkem juga loch dr Saya…..
Super Banget tulisannya barulah Saya mengerti tentang SHINTO itu apa Mbah Que…….jadi udh nga gamblang lagi penerapan Ilmiahnya krn udah dibeberka jelas oleh Mbah,,,,Kalau boleh usul Mbah ini bagus sekali untuk memimpin Negara ini………..(kalau bisaaa),weleh2 KoQ jd ngelatur ya…..
Anyway 2 Thumbs UP………..Salam
Hanya satu kata untuk tulisannya si mbah .. Muantaabbb tab tab tab !! 😀 salam kenal mbah 🙂
Inggih mbah sami2
ijin share , keren bangeetzzz ulasannya ,,, seperti dunia impian untuk negriku ,,,
so nice..
sangat baik tulisannya,,sangat membuka pikiran..
sangat tidak memihak, dan membuat cara pandang baru..
sekedar share.. apakah karena pola pikir seperti itu kasus bunuh diri di jepang semakin tinggi.. patut dipertanyakan juga, karena banyak yang menghubungkan kasus bunuh diri dengan tidak adanya agama di negara tersebut..
terima kasih..
Terima kasih Sdri Saki, atas kunjungannya. Tentang bunuh diri, jawabannya rada panjang dan sangat komplek kalau ditulis disini karena harus juga membahas budaya, yaitu kebanggaan, kehormatan, rasa malu, harga diri ataupun tanggung jawab. Tiap budaya, tiap masyarakat ataupun negara kadang memiliki rasa bangga yang berbeda. Ada yang menganggap agama adalah paling utama, ada yang menganggap prestasi, rasa malu dan harga diri lebih penting.
Kehidupan yang sangat keras kadang tidak memberikan banyak pilihan, seakan hanya memberikan tempat pada orang berprestasi dan kuat mental saja. Bagi mereka yang merasa diri kalah dan tidak berguna umumnya cendrung akan melakukan bunuh diri. Itulah kehidupan dalam standar masyarakat di sana. Kelompok yakuza atau preman di jepang juga termasuk orang “kuat” mental, tidak malu berbuat jahat ataupun tertangkap saat korupsi. Menurut catatan sejarah, ritual bunuh diri hanya dimiliki oleh golongan samurai saja, tidak untuk golongan preman.
Lain di Jepang, lain di Indonesia. Kasus bunuh diri (langsung) di Indonesia mungkin relatif rendah yaitu sekitar 50.000/3 tahun, tapi bunuh diri tidak langsung seperti berkendaraan ugal ugalan, miras, narkotika juga lumayan tinggi bukan? Menurut saya ini juga termasuk bunuh diri. Apakah di Indonesia tidak ada agama? Jadi jawabannya bukan hanya sebatas ada (agama) atau tidak ada, tapi sikap mental.
Agama bisa mengurangi angka bunuh diri, tapi dilain pihak agama juga bisa memicu angka bunuh diri. Malah efek-nya jauh lebih mengerikan. Bunuh diri di jepang hanyalah menghilangkan nyawa sendiri, sedangkan untuk kasus bunuh diri karena alasan agama, korbanya adalah tidak pandang bulu, baik yang ingin mati ataupun ingin hidup. Kasus ini justru lebih menakutkan.
Jadi membahas bunuh diri, sebiasa mungkin juga harus adil dan jernih. Bunuh diri adalah kasus sosial yang bisa terjadi di negeri mana saja. Di negara lain mungkin banyak, tapi di negara sendiri juga sebaiknya tidak dilupakan. Agama mungkin sangat membantu dan membuat seseorang hidup lebih berarti, tapi kadang bisa sebaliknya.
Salam
Ha,ha,ha,,,
pertanyaan sdr Shaki bener2 bunuh diri..
Pembahasan yang cerdas mudah di pahami,
Sekedar argumen pribadi Tanpa disadari agama juga berperan dalam diskriminasi, budaya kebencian terhadap mereka yg berbeda, dan menanamkan pada benak diri manusia bahwa hanya keyakinan yg dianutnya lah yg benar sedangkan yg lainnya salah.
Wonderful blog, sweetie! I’ll be happy to read more!
yang nanya thu ga bermutu, Tuhan kok siapa,emang tuhan orang, kalau hanya tau sebatas koper dan bukan esensi ajaran dan filsafatnya mohon urungkan niat untuk menulis di blog apalagi dibaca banyak orang, dalam agama statusnya adalah way of life jadi beragama jalan hidup sah bertuhan apa tidak, sebuah anekdot lucu tentang agama bahkan mengkritisi kuasa Tuhan dalam hidup manusia, agama bukan sesuatu yang stagnan dan diam. pendidikan akademis sangat diperlukan dalam sebuah tulisan bukan pengetahuan yang semu dan dangkal sehingga maksud dari tulisan tersublimasi, agama tak sedangkal tenmtang Tuhan yang otoriter
Mbah sy juga dibuat bingung.Klau dikatakan tidak punya satu ajaran/dogma lalu siapa/apa yg mengajari/menentukan sbg panutan ada kotak kecil, potongan kertas putih(kok bukan merah/hitam),kanushi,miko (rambut panjang, pakaian rapi,nikah berhenti) dan syarat2 mereka memimpin upacara,dlsbg.
Mbah,
Konichiwa ? (-:
Jepang itu memang … ruarr biasa ! Negara penuh … kontradiksi. Meskipun miskin sumber alam, tapi Jepang sangat kreatif, bisa bikin ini itu – mobil, cellphone/hp, cem macem tetek bengek lah, dus makmur … Jepanglah yang pertama kali membuat radio transisitor – dengan teknologi pinjaman – dan WALKMAN – stereo yang di mini kan.
Negara Jepang terkenal disiplin dan tertib. Orang selalu hormat pada yang lain,dll.
Tapi, jangan lupa mereka , bangsa(t) Jepang sebagai … penjajah juga bisa …ruarr biasa kejamnya ! )-: Peristiwa Nanking, misalnya, yang tak akan pernah dilupakan bangsa China. Dan banyak orang Korea yang masih benci pada Jepang, karena penjajahan mereka dulu. Di Nusantara , seperti di Korea, banyak cewek yang dipaksa dijadikan … hiburan untuk serdadu2 Jepang di masa penjajahan dulu.
Tapi,Jepang lah juga yang,konon, pertama kali , melatih serdadu Indonesia ,PETA. Suharto dan Jendral Soedirman adalah dua nama yang ikut dilatih Jepang. Kaum muda Jepang juga banyak yang jadi relawan di negara2 miskin, semacam ‘Peace Corps’ (saya pernah membaca hal ini di satu majalah )
Sejarah ternyata sangat menarik.Di masa lalu Jepang, seperti Jerman dengan Hitler nya, adalah penjahat. Tapi, lain dulu lain sekarang. [ Negara mana sih yang bukan penjahat ? Tentara Indonesia di Timtim dulu itu, apa mereka selalu membagi-bagi duit – atau peluru – untuk penduduk Timtim/Fretilin ? (-: ]
Kembali ke Shinto. Kejawen nampaknya tidak jauh berbeda. Bedanya : sementara kelompok di Indonesia anti pada kejawen, termasuk unsur2 pemerintahnya. Saya belum bisa mengisi kolom agama di ktp dengan ‘katresnan’, atau ‘kejawen musiman’ ,atau ‘Buddha musiman’.
Arigato gozaimasu (-:
Mbah,
sejak kanak-kanak hingga sekarang, saya ini diberikan dogma oleh ajaran dari bangsa Timur Tengah yang njlimet dan (mungkin) menipu (tetapi harus dan kudu manut). Dogma tersebut kebanyakan memberikan ancaman, bahkan lebih banyak ancaman daripada harapan. Harapan satu-satunya adalah kelak (sesudah mati) hidup di surga dengan ribuan bidadari (loh…, bidadaranya mana? hehehe). Kemudian saya mulai berpikir-pikir (kan diberi otak oleh Tuhan……) “masa iya seh…..dogma tersebut kok menjadi beban dalam kehidupan bagi yang mempercayainya? Bahkan mereka dengan gagah perkasa tanpa malu meneriakkan nama TUHAN bisa menghancurkan segala sesuatu yang dikehendaki (biasanya rame-rame, kalau sendirian dijamin gak bakalan berani). Pertanyaan saya selanjutnya adalah “mengapa cara kebudayaan/adat istiadat dari bangsa Timur Tengah itu kok justru menjadi panutan yang kemudian dijadikan ritual bagi sebagian bangsa Indonesia? Kalau begitu pengen juga ya mbah… kalau kebiasaan/adat orang jawa seperti “JATHILAN” bisa dijadikan acuan ritual bagi bangsa-bangsa lain di luar Indonesia, kan keren mbah…..hehehehe. Nah, kesimpulannya, kita ini disamping dijajah oleh peradaban barat, juga dijajah (di cuci otaknya) oleh kemauan bangsa Timur tengah yang membawa agama ke Indonesia. Bukan begitu mbah? terserah deh….
Duh, kalau yang ribut ribut itu namanya OKNUM Nak, kalau yang suka menjajah itu namanya penjajah, (harus dihapuskan misalnya pakai karet penghapus), kalau yang montok, mulus dan cantik itu namanya bidadari, kalau cantik tapi bertanduk itu namanya ya….bidadari bertanduk.
Eniwei, matur nuwun telah berkunjung nak Wong NT.
We lha, dogmaaa, dogmaaaa … Bumi diciptakan … Tuhan apa juga bukan dogma ? (-: Lha, njur siapa yang menciptakan … Tuhan hayo ? Ibunya Tuhan ? Hanya di blog abal-abal pertanyaan-pertanyaan ini boleh dilontarkan … Di luar sana, awas loe gua hajar …)-:
Mbah,oom js,
Marga Wong : Lha, cucunya alm Wong Kam Fu je …. hehehehe…. Oh ini dari blog akigendeng. Pasti dari Wong E Dan… Hidup Nusantara, eh Arab, eh salah Nusantara ,
Sudah tradisi (BB)
http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/07/26/155954/Massa-FPI-Razia-Rumah-Makan-di-Cianjur/6
NaK Wong ini memang pintar bikin suasana ramai. Hormat deh.
Tentang urusan swiping-swipingan, kapan ya ada swiping kebersihan? Misalnya swiping bersih bersih got dan pekarangan. Dijamin negeri ini jadi bersih dan asri.
Salam Mbah Wage……….
Ha ha ha…..hanya marga wong yang sering mampir di istana Mbah Wage…..
Marga Wong mungkin disaat ini sudah langka….marga wong yang nguwongke wong mungkin sudah tidak musim atau akan habis masa edar atau ijinnya………….
.
Sepertinya sekarang banyak marga yang pinter tapi keblinger…keblinger apa ??…surga dan bidadari yang ” ginuk ginuk ” somlohohe…..wakkakkak…….oooh…bidadariku…jangan lari…engkau kukejar sampai mati…. aku lari.sekarang……..wuuuus…….gubraaak…..eng ing eng…kepala benjol…..wkwkwkwk……
Salam Mbah Wage……Tanduk sebelah mana??….sebelah atas…tengah…atau bawah ??….wakakwakak…..
Salam Mbah Wage…..ha ha ha….guyonan semakin ngawur dan tambah nggladrah…..kita sudahi saja……..bisa kumat gendeng saya kalau diteruskan…….
Sangat benar…..bicara tentang agama semakin diperdebatkan semakin melebar dan membesar seperti api yang membakar…….
Agama dengan buku kitab dan juga ada Nabi pasti diakui oleh banyak orang di negeri ini….dogma dan doktrin juga harus ditelan sebagai persyaratan untuk diakui keimanannya…….
Akibat salah tafsiran dan sembrono….hanya percaya buta tanpa makna yang dalam juga tanpa nurani maka mereka seperti tidak waras…membunuh…membakar….merusak tempat …dilakukan supaya terlihat seperti kebenaran dalam hidup……wis embuh ora weruh……dunia sudah semakin tua dan rusak…..he he he binatang yang tanpa akal dan tanpa agama ternyata bisa hidup rukun dengan sesamanya…..binatang ternyata lebih manusiawi dari manusia…..karena mereka menggunakan naluri insting dan nuraninya….
Agama tanpa kitab dan tidak ada nabinya mungkin distempel palsu…..agama abal abal…palsu buatan manusia…..dicap musrik…masuk neraka…..kalau ternyata para penganut agama abal abal ini lebih bernurani dan lebih santun dan damai dari manusia yang beragama dari langit maka apa aritnya agama itu sebenarnya…….
Agama di negeri ini embuh berdampak apa ??……terbukti masih banyak masalah nggegirisi dan biadab…banyak manusia tidak jujur…mentolo…..tidak welas asih…tidak keadilan….dll dll 1000 x………..salam agama abal abal…..
Sorry Mbah Wage….ada tulisan kesingsal dibawah…..Tuhan dan bukan dari langit….mohon didelete…..suwun (Catatan admin : sudah didelete)
wkkkkk….bidadari bertanduk lemes di bagian bawah… bencong dari taman Kayun…. ho…ho…ho… pasti Cak JS panas dingin …kabur duluan masuk pasar genteng…. eh…sekarang masih ada bencong yg mangkal di taman Kayun nggak sih.
Salam Mas ABR……ha ha ha jangan mengingatkan masa lalu saya….bikin saya malu sendiri……
Kayun….sepertinya sudah aman Mas……hanya kadang ada tukang ngamen bencong di pasar genteng……kalau kita memakai hati nurani … mereka perlu dikasihani.dan juga diuwongke..mereka menjadi tidak normal bukan karena permintaan atau keinginan mereka……salam kayun surabaya…..
…kalau kita memakai hati nurani … mereka perlu dikasihani.dan juga diuwongke..mereka menjadi tidak normal bukan karena permintaan atau keinginan mereka……
——————————————-
Mbah,
Saya tidak akan terlalu …. sedih melihat tingkah laku orang beragama kalau masih ada lumayan banyak orang macam Oom js. Hidup oom js !
Tukang ngamen di pasar genteng : Wong Ben Chong. ( Siang Mas Nanang, malam Mbak Nining.) Orang yang suka melucu : Wong Ko Chak. Yang suka sweeping : Wong Gen Dheng.
Salam Cak JS…..para penyandang gangguan identitas diri ini juga perlu “di uwongke”…setuju cak. Saat muda memang kita belum ngerti “rasa empati”…. maap.. sedikit guyon ingat jaman dulu.
Salam Wong Kam Fung…..salut. Memang saat ini orang macam cak JS ini sangat-sangat langka.
Salam Teng Kho Song (perut ber-kukuruyuk)….maap… ikut-ikutan.
Wong La Tah.
Salam Kang Bala(ne)dewa.
Lama tak ke padhepokan kang? Semoga sehat selalu.
…..para penyandang gangguan identitas diri ini juga perlu “di uwongke”…setuju cak. Saat muda memang kita belum ngerti “rasa empati”…. maap.. sedikit guyon ingat jaman dulu
—————————————–
Kang ABR,
Saya sehat 2 saja kok. Terima kasih. Re gangguan identitas diri : Yang salah … alam – Tuhan kan gak pernah salah. Alam juga secara tidak sengaja membuat orang2 bulai ( seperti satu tetangga saya yang putih tih tih meskipun ortunya hitam manis seperti saya (-: ) dan orang2 KIDAL. Waktu muda gak ngerti, macam saya, tapi sekarang kan lain … (-: Tapi, ada banyak orang yang awet ‘muda’ – malah kekanak-kanakan meskipun sudah kepala tiga (dan lebih) …
Ya memang orang tidak bisa memilih tanah kelahiran,ortu, rupa – keadaan biologis, tapi orang bisa memilih untuk berempati, bisa memilih untuk memanusiakan manusia…
Salam rujak cingur
Salam Kang BD………he..he…pas banget kang, memang masih banyak yg “berjiwa muda” dan bukannya “semangat muda”.
Anomali Jepang yang membingungkan dimana mereka beribadah namun tak ada yang disembah!
Tapi cukup menginspirasi saat pembahasan etika dipaparkan dalam artikel di atas, yang menjadi pertanyaan mengapa di negeri kita (yang mengaku berketuhanan yang maha esa) kian hari etika warga negaranya kian memburuk (ex. ditengah macetnya jalanan ibu kota, berapa banyak orang yang tidak tertib dan tak jarang berkendara membahayakan pengguna jalan yang lain)…
.
Semoga kita bisa mengambil hikmah yang terselip dalam susunan kata-kata Mbah Wage…
Jenenge ae arek Destroyer rek, yo ugal-ugalan, polisi aja tak kibulin, tak kasih asap knalpot…hehehe..ahahahaha..
Lha wong ahlinya, gak bakalan nubruk orang lain, tapi yang jelas bikin jantungan pengguna jalan lain,… xaxaxaxaxaxa…
Reply Admin: @ Sdr ANONYMOUS, komentar Anda sudah out of topik (OOT) terlalu terlalu jauh. Kalau prilaku OOT ini diteruskan maka Admin terpaksa akan menonaktifkan status Anda. (Admin wage)
Saya rasa tidak out of topik, karena di dalam Al-Qur’anul Karim disebutkan ada “orang-orang yang mengambil hawa nafsunya menjadi Tuhannya”.
-Satria Piningit-
Jadi kalau yang namanya Tuhan itu memang buanyak sekali, sesuai selera masing-masing, jelas saudara-saudaraaaa????
——————————————-
We lha, mencret di mulut/keyboard kok nggak habis-habis ya ?!
agama hadir lebih banyak untuk mengkotak”an manusia, memberikan fanatisme dan menurunkan kekerasan agar kelompoknya di takuti , dihormati……saya rasa Tuhan tidak mengajarkan itu,..Tidak perlu agama jika kita bisa hidup dengan saling menghargai, menjaga hati , dan tidak menjadi tiran bagi manusia lain…..saya tidak menyerang agama tertentu karena semua agama sama buat saya……sama buruknya…
Nuwun sewu…
@ sdr Saba met kenal ya..
saya tidak menyerang agama tertentu karena semua agama sama buat saya……sama buruknya…
________________
wkkkkkkkkk Paman suka sekali komen yg bagian ini, lanjuuuut….
Asah asih asuh
PD
Luar binasa, sungguh sangat mencerahkan. Ternyata ke-sok tahuan orang-orang non-jepang pada budaya jepang terpatahkan oleh artikel yg jebret ini. Teruslah sesatkan saya, mbah, saya tunggu artikel sesat berikutnya.
Weleh, mbah telat balasanya. Asem, komentaranya tahun 2013. salam
Andaikan saya dulu lahir pada abad 10 M, dan pada umur ku yang ke 20 Kami-sama menurunkan wahyu kepadaku di Gunung Fuji…… Pasti tidak akan ada Shintoisme yang tidak memiliki kitab, dogma, dan ajaran. Kitabnya kan penuh anime agar disukai anak-anak. Ajarannya meliputi naik haji ke Gunung Fuji, menutup tubuh dengan kimono, makan dorayaki, sampai ramalan kemunculan sebuah makhluk dari masa depan yang bernama Doraémon.
Salam Kang Propbet
Ayo kang Wage… tambah kagi dong artikel tentang Jepangnya… Biar saya bisa komen lebih banyak lagi… Hehehe
Nuwun Kang atas komentarnya. Artikel tentang Jepang pasti akan diterbitkan, cuma ….. bertahap dan dikombinasikan dgn topik budaya lain. Kalau Jpn melulu nanti pembaca bisa muntah dan dongbud bisa didemo oleh rekan yang tdk suka Jpn. Jadi artikelnya dicampur seimbang ada sakura, ilalang, padang pasir dst.
Allah(kusus islam) dialah Tuhan(menyeluruh) yang maha esa.Tuhan tempat bergantung seluruh-makhluk, Allah tidak beranak dan dperanakan,dan tiada makhluk yg setara denganNYA.jadi agama semua itu benar bagi yang meyakininya.NAMUN menurut pemahaman saya.islam dturunkan lewat muhamad saw adalah agama Allah terakhir sbg penyempurna agama2 sebelumnya
Komentar yang 100% benar dan waras.
memang benar 100% agama islam dan nabinya adalah abal-abal.
‘laillahaillallahmuhammadarrosulallah’
yang mengangkat si mokamat jadi nabi di sisi alwoh itu siapa ya? tuh orang PD and narsis amat, hanya nabi stress saja yang mengaku-ngaku menjadi kepercayaan tangan kanan si alwoh.
Benar dan waras : hehehe … no comment …Jangan lupa , ini blog …mbel, abal2 …(-:
Mungkin lupa atau mungkin juga tdk baca.
Saya saat menulis tidak pernah berharap orang lain paham dan mau belajar (mengambil manfaat) tentang budaya orang. Pada dasarnya, setiap orang sudah punya budaya sehingga cendrung menolak budaya lain. Agama? nah, itu lebih sengit lagi.
Mungkin tulisan diatas, oleh sebagian orang dianggap saya sedang khotbah menyebarkan agama shinto sehingga akhirnya dibalas dengan khotbah.
Salam
Orang sehat berkumpul dengan orang sakit bisa ketularan sakit
Orang. Bodo berkumpul dengan orang pinter bisa ketularan pinter
Orang bener dan waras ketemu denga. Orang abal-abal jadi?
Kang Cahyo,
Benar ketemu abal-abal jadi BeBal (betul-betul abal-abal)
Waras ketemu abal-abal jadi Wabal (waras abal-abal)
* asal jawab
mbah, kok sukanya gambar burung hantu mlulu sih?
simbah melihara burung apa hantu?
emang simbah punya burung?
ah, mbah sih kagak punya burung………….. hantu.
paling cuman posternya doang, itupun habis ngutil di toserba google
…
@ Marni dan Dewi,
Mbah suka pasang gambar burung hantu karena itu khan maskotnya blog abal2. Khan blog sesat jadi simbolnya ya burung hantu.
Mbah kagak penah pelihara burung dan juga tidak pernah pelihara binatang apapun. Maklum, sering berpergian jauh berhari-hari, jadi saat pergi siapa yang merawat? Ngerawat tanaman pot bunga aja mbah kagak mampu, paling berumur seminggu langsung kering wakakakkk……
Dulu waktu kecil pernah diberi hadiah burung hantu namun 2 hari kemudian kabur. Ndak betah atau eneg bin stress mungkin tiap hari ngelihat mukanya simbah.
Satu2nya tanaman yang dimiliki adalah kaktus, ditinggal sebulan tidak masalah. Kemudian ada 2 pasang burung hantu dari kayu warisan orang tua, jadi sudah berumur sangat tua. Mbah bawa mengungsi kemana-mana, jadi sudah pindah rumah belasan kali. Nah, ini burung hantu kayu ini kagak perlu dikasi makan.
permisi mbah, saya sangat suka sekali dengan tulisan mbah ini. Lebih lebih cara berpikir mbah tentang agama. Kalau boleh, saya mau repost artikel ini di blog saya. makasih mbah…
Silakan Kang. salam
Salam juga untuk semua warga dongbud lainnya.
shinto gabungan dari shin & to yg artinya jalan KAMI yg hidup di dunia.
kekuatan supernatural disebut dgn sebutan KAMI, kemudian ditambah kata akhir SAMA. KAMISAMA = bentuk penghormatan untuk Dewa
Maksudnya, konsep Tuhan dlm kepercayaan Shinto adlh “SEMUA BENDA di dunia, baik yg bernyawa/tidak, pd hakekatnya memiliki Roh, Spirit/KEKUATAN SUPERNATURAL, jadi wajib dihormati. Kekuatan supernatural disebut dgn istilah KAMI, kemudian ditambah kata akhir SAMA, KAMISAMA.
Menurut mrk (penganut shinto) sejak awal scr natural manusia sdh menyadari bahwa mrk bukanlah makhluk kuat dan di luar mrk ada kekuatan lain yg lebih superior yg langsung/tidak langsung berpengaruh thdp kehidupan mrk sehari2.
Pengakuan, kekaguman, ketakutan dan juga kerinduan pd spirit/kekuatan besar yg disebut dgn nama KAMISAMA itu diwujudkan dlm bentuk tarian, upacara dan festival budaya.
KAMISAMA = Tuhan bagi org Jepang. KAMISAMA = sbg Tuhan, hidup di segala tempat dan memiliki nama sesuai dgn benda yg ditempatinya. Tuhan yg berdiam di gunung diberi nama KAMI NO YAMA, di sungai diberinama KAMI NO KAWA dan di Bunga diberinama KAMI NO HANA.
bukankah begitu, mbah Wage Rahadjo?
Ya, begitulah kira-kira penjelasannya, Kang.
Penjelasan yang bisa jadi salah jadi mohon jangan langsung dipercaya.
Orang Jepang itu aslinya ateis! Shinto itu cuma sebagai kedok doang, percaya deh!
Kalo nggak Mau percaya gimana ?
Oh iya selamat, anda menjadi pemenang kontes orang koplak . Lebih koplak dari artikel sebelah yang ngomongin Satria Baja Hitam.
Adakah penganut agama Shinto di Indonesia?
I am just writing to make you be aware of what a superb encounter my friend’s princess found reading your site. She picked up such a lot of details, most notably what it’s like to possess an incredible coaching nature to make other people just grasp chosen specialized matters. You really did more than my expected results. Thanks for delivering those good, safe, edifying and even easy guidance on the topic to Lizeth.