Hindu, Agama Sesat dan Tidak Jelas ???

Peringatan : Blog sesat. Bukan bacaan untuk anak-anak. Pembaca type Facebook, baca judul doang lalu berkomentar atau baca satu paragraf sudah kelelahan, SEBAIKANYA tidak membaca atau mengakses blog ini.

mahabarata

Ilustrasi Mababerata

Banyak orang alergi, marah guling-guling atau bahkan langsung terkapar pingsan dikala mendengar atau membaca kata sesat, terlebih kalau bersinggungan dengan agama. Kenapa ? Semua agama pada dasarnya adalah sesat kalau dilihat dari sudut arah yang berbeda.

DONGBUD – Wage Rahardjo. “Hindu agama sesat”, entah sudah berapa ratusan kali kata tersebut nongol di daftar kata kunci ke blog abal-abal. Saya sih senyum-senyum saja membacanya. Sayang, artikel yang dicarinya tidak ada di blog ini. Namun selang beberapa hari, kata kunci tersebut muncul kembali. Nah, daripada pembaca kecewa bolak balik seperti strika atau membaca dari sumber yang “tidak jelas”, akhirnya saya memutuskan untuk membuatkannya, persis seperti apa yang mereka cari.

Artikel ini lumayan panjang, jadi sebelum baca ada baiknya Anda menyiapkan secangkir kopi atau teh manis.. Blog ini target pembacanya adalah untuk mereka yang mau berpikir, bukan untuk orang fanatik. (baca artikel lainnya : Fanatik membunuh rasa simpatik, radikal membunuh akal). Baik, agar tidak panjang, kita langsung ke pembahasannya.

BAGIAN I, TIDAK JELAS ???

Sejarah kata Hindu, tidak jelas…

Apa itu Hindu? Sepertinya banyak orang yang tidak tahu bahkan mungkin juga oleh orang Hindu sendiri. Apakah pura adalah tempat ibadah agama Hindu? Apakah Om Swastiastu dan Om Santi 3x adalah salam Hindu? Atau pertanyaan yang lebih gampang, apakah Nyepi adalah hari raya agama Hindu?

Secara umum jawabannya adalah tidak. Semua itu lebih tepat disebut Hindu ala Bali alias hanya ada di Bali saja. Kalau Anda datang ke Nepal atau India maka Anda akan menemukan tempat ibadah, salam atau hari raya yang sangat berbeda. Tidak ada Om Swastiastu, yang ada adalah Namaste, Namaskar, atau Namaskaram.

Kemudian beralih ke penggunaan kata Hindu, sepertinya akan lebih “tidak jelas” lagi. Kata Hindu awalnya dipakai bukan dalam kontek nama agama tapi sebutan untuk penduduk yang menempati wilayah sekitar sungai Indus atau Shindu. Orang-orang Arab dan Persia pada masa pra-Islam menggunakan kata Hindu yang berarti orang / penduduk India dan negaranya disebut Hindustan [Hindu Etymology]. Jadi baik orang Buddha, Shikh dan Jains juga awalnya digolongkan sebagai Hindu. Kemudian pada masa pemerintahan Islam di India. kata Hindu mulai dipakai sebagai dalam konteks religius yaitu untuk menyebut ribuan agama yang ada di lembah sungai Indus. Adapun agama-agama tersebut adalah agama Shiwa (Shivaisme) agama Wisnu (Vaishnawa)  agama Brahma (Brahmaisme), Shaktiisem dll. Kata Hindu dalam arti agama kemudian dipakai secara resmi saat penjajahan Inggris di India.

Di Indonesia, kata Hindu juga belum dikenal pada masa kerajaan Majapahit atau sebelumnya. Agama yang ada saat itu adalah Siwa-Buddha (sumber Negarakertagama). Sebagian besar candi-candi Hindu pada masa itu adalah merupakan candi agama Siwa. Kemudian setelah era kemerdekaan, nama Hindu Dharma mulai resmi dipakai dan itupu setelah melewati beberapa kali usulan dan perubahan nama. Menurut catatan, nama yang pernah digunakan atau diusulkan adalah agama Tirta, Agama Siwa, Trimurti, Siwa-Budha, Hindu Bali dll. Kemudian kata agama juga pernah diusulkan untuk “tidak dipakai” diganti dengan kata Igama, karana kata “agama, igama dan ugama” dianggap berbeda. Jadi nama yang diusulkan adalah Igama Tirta, Igama Siwa-Budha dll. [Link Sumber dan referensi, Balipost : Sekolah Hindu, mungkinkah bisa terwujud?]

Jadi apa itu agama Hindu? Bagaimana sejarah pasti dari dari kata Hindu, tanggal lahir, bulan dan tahun yang pasti? Ya tidak jelas. Bagi sebagian orang Hindu yang lebih terpelajar, menganggap kata Hindu adalah istilah dari orang Persia. sehingga mereka  lebih suka menggunakan nama yang dianggap lebih pas dan universal yaitu Sanatha Dharma. Bingung? Ya, semoga semakin bingung….

Apa nama Tuhan dalam agama Hindu? …

Hindu tidak mengenal sebutan baku untuk nama Tuhan. Sebagian orang menyebut nama Paremeswara, Paramatman, Siwa, Vishnu, Brahma, Brahman, Krishna, Narayana dan jutaan nama lainnya.  Di Bali yang merupakan barometer atau acuan Hindu di Indonesia menggunakan kata Sang Hyang Widhi untuk nama Tuhan. Nama lainnya yang juga umum dipakai adalah Sang Hyang Tunggal, Kata ini diambil dari bahasa lokal jadi tidak akan ditemukan pada Hindu di negeri lain.

Monotheisme, Polytheimse atau Atheisme? …

Hinduisme selama ini sering dituduh miring sebagai agama polytheisme, Hal ini tidak lepas karena banyaknya nama dewa dalam agama tersebut. Benarkah Hindu agama polytehisme? Bagi orang Hindu, jawabannya jelas TIDAK. Mereka tidak akan pernah bingung atau dipusingkan oleh banyaknya nama, karena acuannya adalah jelas:

Hanya ada satu Tuhan tetapi para orang bijaksana menyebut-Nya dengan banyak nama. (Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti) Rg Weda (Buku I, Gita CLXIV, Bait 46)

Ini adalah merupakan salah satu ayat penting selain puluhan ayat sejenis yang menjadi pegangan standar bagi umat Hindu. Bagi mereka yang tetap ngotot, bingung dan kukuh berpendapat bahwa Hindu adalah agama yang menyembah banyak Tuhan, hendaknya mencoba membaca literatur kajian Hindu versi dunia pendidikan yang lebih NETRAL.

Pada kajian akademik di dunia pendidikan, Hindu disebutkan memilikii konsep ketuhanan yang beragam, monotheism,polytheism, panentheism, pantheism, pandeism, monism, dan bahkan juga atheism.-pun ada. Nyaris semua aliaran dan konsep ketuhanan yang ada pada agama-agama di dunia dari dulu sampai sekarang ada pada Hindu. Jadi tidak berlebihan kalau dikatakan, Hindu memiliki konsep ketuhanan yang paling lengkap. Kanapa? Ya karena Hindu adalah agama yang dari awal memang beragam, memiliki banyak sekte dan juga memiliki sejarah yang sangat panjang.

Itulah sebabnya, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa mereka “sedikit” lebih matang atau dewasa dalam menyikapi perbedaan tentang beragam sekte, aliran ataupun konsep ketuhanan. “Mengapa dari ribuan sekte dan aliran yang ada pada agama Hindu, mereka bisa hidup dengan selaras dan damai tanpa saling “mengkafirkan”. Jawabannya ya kembali ke ayat di atas. Itulah sebabnya orang Hindu umumnya dengan relatif  mudah akan berkata : “Semua agama pada dasarnya sama, mengajarkan kebaikan, hanya beda jalan. Tuhan hanya satu hanya beda nama ataau sebutan.”.

Bagaimana cara sembahyang agama Hindu? Tidak jelas…

Hinduisme sama sekali tidak memiliki aturan baku dan seragam dalam bersembahyang. Cara sembahyang Hindu di Bali dengan India berbeda. Di Indiapun memiliki banyak sekte dan masing masing memiliki perbedaan cara sembahyang. Mengapa? Apa boleh begitu? Jawabannya ada di ayat berikut yang dijadikan pedoman bagi semua sekte Hindu. Ayat-ayal lain yang sejenis sangat banyak.

Jalan mana pun yang ditempuh seseorang kepada-Ku, Semuanya Aku terima. Semua orang mencari-Ku dengan berbagai jalan. (Bhagawadgita, 4:11)

Mencari Tuhan tidak melulu harus dilakukan dengan sembahyang karena ada banyak jalan menuju Tuhan (Catur Marga). Ada orang mencarinya dengan jalan sembahyang (Bhakti Marga) ada dengan jalan bekerja (Karma Marga) ada dengan jalan belajar pengetahuan (Jnana Marga) dan ada juga dengan jalan “meditasi” (Yoga Marga).

Apa kitab suci yang biasa digunakan atau dimiliki oleh orang Hindu? Tidak jelas…

Apa nama kitab suci agama Hindu? Kebanyakan orang tentu akan menyebut Weda atau Veda. Tidak salah tentu saja. Tapi kenyataan yang ada di masyarakatnya, kitab ini malah “tidak populer”.  Kebanyakan orang malah lebih akrab dengan Bhagavad Gita, Bhagavatam atau kitab Sarasamuscaya yang berbahasa Jawa. Sah sah saja karena semua kitab ini dianggap sebagai intisari dari kitab Weda.

Setahu saya, kebanyakan orang Hindu bahkan nyaris tidak memiliki kitab apapun di rumahnya. Boro-boro baca Weda, melihat ujud kitabnya saja mungkin tidak pernah. Mereka mungkin lebih akrab dan menimati cerita wayang seperti Mahabrata dan Ramayana. Nah, ini juga merupakan “bagian lain” dari Weda.

Ya kitab suci (mungkin) penting, untuk dimiliki, dibaca atau mungkin juga dihafalkan, tapi yang jauh lebih penting adalah prilaku.

Makan daging sapi, boleh atau tidak? Tidak jelas…

Secara umum penganut Hindu memuliakan sapi. Bahasa lain yang lebih kasar adalah menyembahnya. Sapi telah memberikan susu pada anak-anak jadi statusnya setara dengan seorang ibu.. Sapi juga adalah partner bagi petani, jadi membunuh dan memakan hewan yang telah memberikan jasa adalah perbuatan tidak baik. Jadi apakah apakah orang Hindu tidak makan daging sapi? Hmmmm…….

Di Bali sendiri daging sapi dijual bebas. Di tahun 70an, lawar godel (anak sapi) sangat populer dan penjualnya menjajakan dagangannya keluar masuk desa. Entah sekarang masih ada atau tidak, saya kurang tahu. Kemudian cerita lainnya masih seputar sapi, dalam upacara tertentu, sapi dikorbankan sebagai persembahan. Jadi sapi suci bagi orang Hindu? Hmmm…..

Himsa atau Ahimsa, Vegetarian atau Carnivora? Tidak jelas…

Hindu mengajarakan tentang AHIMSA artinya tidak membunuh. Membunuh apa? Manusia? Ya tentu saja. Hewan? Ada yang membolehkan ada yang tidak. Ada kelompok yang menerjemahkan “tidak menyakiti mahluk lain”. Bagi sekte tertentu menjadikan ahimsa sebagai salah satu dasar untuk berpola hidup vegetarian. Mereka berpantang makan daging atau bahkan telor sekalipun. Jadi orang Hindu tidak boleh makan daging? Tidak juga. Tidak ada aturan atau larangan yang tegas melarang apalagi menganjurkan.

Hindu di Bali memiliki upacara pengorbanan binatang. Jadi binatang dipotong sebagai persembahan, tidak terkecuali juga sapi. Ritual ini tentu saja aneh dan juga membingungkan karena kalau dilihat dari sejarahnya, umat Hindu di Bali adalah aliran Siwa Sidanta atau penganut Siwa dengan sapi sebagai kendaraanya.

Hindu ala Nepal juga memiliki upacara pengorbanan binatang bahkan jauh lebih “sadis”. Puluhan ribu sapi dibunuh sebagai persembahan. Walaupun dagingnya kemudian disantap atau dibagikan namun bagi kebanyak orang tetap saja dianggap sadis, aneh dan tidak sesuai zaman.

Apa nama nabi pada agama Hindu? …

Hindu tidak mengenal nabi yang bersifat absulut, tunggal dan mendominasi ayat kitab suci. Menurut ajaran Hindu, wahyu diturunkan secara bergelombang pada banyak orang dan diturunkan dalam kurun waktu yang berbeda.

Edited : Apa nama tempat ibadah agama Hindu? …

Jawabannya adalah tergantung orang yang ditanya. Kalau ditanya pada orang Bali, tentu akan menjawab Pura, kalau ditanya pada orang India akan menjawab Mandir, untuk umat Hindu Kaharingan akan menjawab Balai Basarah, untuk orang Jawa kuno, entahlah…. mungkin candi. Sedangkan nama Internasionalnya mungkin temple…..

Sistem Kasta. Tidak jelaas…

Menurut teori ala kitab Veda, kasta hanyalah penamaan saja, bukan gelar, tidak menunjukkan derajat dan juga tidak diwariskan. Namun kenyataan di lapangan sangat berbeda. Kasta adalah “gelar” yang diwariskan turun temurun. Pendeta adalah jabatan ekslusif yang sudah dijatah khusus hanya untuk Kasta Brahmana dan keturunannya. Seseorang yang baru memeluk agama Hindu hanya berhak mendapat jatah kasta Sudra dan berlaku seterusnya sampai dunia “kiamat”. Lha, dengan kondisi seperti ini siapa yang mau dengan sukarela mau masuk Hindu kecuali “orang sesat”?

Banyak orang INDIA percaya bahwa kasta adalah bikinan penjajah INGGRIS untuk memecah belah penduduk jajahannya. Tapi penjajah telah lama pergi namun kasta tetap lestari. Mengapa? Meluruskan atau menempatkan kembali kasta pada tempatnya, hampir tidak mungkin. Dibutuhkan keberanian dan juga kerelaan yang luar biasa besar. Tatanan masyarakat dan adat bisa hancur lebur kalau dilakukan. Jadi siapa juga orang sinting yang mau melakukan? Tidak ada kasta yang ada adalah Varna ! Ya, berarti tidak perlu di ubah dan akhirnya Kasta di India-pun berkibar lestari di negara tersebut.

Gelar, kekayaan, status, derajat ataupun kedudukan, yang sudah nyaman ditempati tidak akan mungkin dengan sukarela mau dilepas kecuali orang sinting yang mau melakukannya. Walaupun dengan menabrak kebenaran sekalipun, seseorang akan tetap berusaha mempertahankannya. Itu namanya human being nature. Hanya orang tertentu sekaliber Rabindranath Tagore yang berani melepas gelar kasta bangsawan-nya sebagai bentuk protes pada pemerintah Inggris.

Jadi apakah semua aliran Hindu menerapkan sistem kasta? Tidak juga. Ada beberapa sekte Hindu tertentu yang tidak menerapkan sistem kasta pada komunitasnya. Semua orang dianggap sama mulia dan jabatan pendeta ditentukan oleh kualitas bukan keturunan. dst … dst.

Contoh “tidak jelas” lainnya masih banyak namun untuk menghindari agar tulisan tidak semakin panjang atau pembaca fanatik semakin terbakar maka tulisan dilanjutkan ke bagian 2.

Khajuraho_Mahadewa-wikipedia

Kuil Mahadeva, Khajuraho

BAGIAN II : SESAT

Marah tanpa ilmu adalah sesat 

Banyak orang alergi, marah guling-guling atau bahkan langsung terkapar pingsan dikala mendengar atau membaca kata sesat, terlebih kalau bersinggungan dengan agama. Kenapa ? Semua agama pada dasarnya adalah sesat kalau dilihat dari sudut arah yang berbeda.

Hindu sesat bagi orang Kristen yang fanatik. Jadi apakah ini artinya agama Kristen adalah agama waras? Tentu saja tidak karena sesungguhnya agama Kristen-pun adalah sesat dimata orang Yahudi fanatik. Jadi Yahudi adalah agama yang waras? Tentu tidak karena bagi penganut agama yang lain, baik Yahudi, Kristen, Hindu atau agama apapun, diluar agamanya sendiri adalah sesat. Sedangkan yang terakhir, bagi seorang atheis fanatik, semua agama adalah sama saja, sama sesatnya. Nah lho? Jadi siapa yang sesat?

Beragama tidak akan pernah lepas dari tuduh-menuduh sesat. Walaupun semua orang memeluk satu agama yang sama sekalipun tuduhan sesat akan tetap muncul karena masih ada sekte atau aliran lain yang bisa dijadikan obyek tuduhan.

Perang atas nama agama adalah sesat, perang sesama saudara sendiri juga sesat

Seperti halnya agama lainnya, Hinduisme juga memiliki beragam sekte atau aliran yang jumlahnya mungkin ribuan. Masing masing sekte tersebut umumnya hidup relatif damai dan toleran nyaris tanpa konflik atau saling jual beli tuduhan sesat. Namun di era sekitar tahun 70 an di Bali terjadi fenomena ganjil yaitu tuduhan sesat pada sekte Hare Krisna yang akhirnya diikuti dengan pelarangan resmi yang diperkuat dengankeputusan dari departemen agama. Kalau tidak salah, putusan sesat ini masih berlaku dan tidak dicabut sampai sekarang.

Sedikit catatan, Hare Krisna (ISKON) adalah sekte baru lahir di Inggris dan dengan cepat menyebar ke berbagai negara termasuk ke Indonesia, khusunya daerah Bali, Lombok, sebagian kecil wilayah Jawa dan beberapa daerah transmigran lainnya. (Baca : Agama yang bekembang pesat dan sesat)

Nah, ini (mungkin) adalah merupakan kejadian pertama kalinya dalam sejarah agama Hindu yaitu tudingan sesat pada sekte agama Hindu lainnya. Kalau di agama lain mungkin umum terjadi tapi di Hindu (atau Buddha), ini adalah merupakan kejadian langka. Saya juga tidak cocok dengan relatif banyak ajaran Hare Krishna tapi bagian yang saya anggap positif juga banyak. Jadi mengapa setiap ketidakcocokan atau ketidaksetujuan harus diselesaikan dengan pelarangan, saling tuduh sesat atau bahkan perang?

Kaharingan dan metode pembinaan agama yang (mungkin) sesat

Beralih ke bahasan sesat yang lain adalah penggalan berita “Keinginan sejumlah umat Kaharingan yang keluar dari Hindu“. Mengapa, apakah penyebabnya? Menurut berita yang saya baca, penyebabnya mungkin adalah cara pembinaan yang salah. Yang dilakukan bukan pembinaan tapi malah penyeragaman atau penjajahan budaya yaitu budaya Bali. Nah, kalau berita ini benar berarti sangat disayangkan. Salam hormat untuk para penyuluh lapangan. Kesalahan tidak boleh ditimpakan pada satu pihak semata tapi pada banyak pihak.

Pembinaan umat di era modern seperti sekarang ini diperlukan pemimpin agama yang cerdas, berani dan berwawasan luas. Berani yang dimaksud adalah berani menulis ulang format pembinaan umat menjadi effisien, mudah dan menyenangkan. Bagaimana caranya dan apa contohnya ? Ya ini bisa dibicarakan dengan duduk bersama.

Agama yang hanya fokus pada ritual tanpa disertai dengan perbaikan prilaku dan mengabaikan perkembangan zaman akan tersesat

Hindu pada dasarnya sangatlah mudah dan sederhana. Bukan Hanya sebatas Hindu, agama lainpun sebetulnya mudah dan sederhana. Namun dalam perkembangan lebih lanjut agama cendrung menjadi semakin rumit dan tidak sederhana lagi. Terlebih lagi dengan adanya pengaruh politik dan rendahnya pemahaman tentang toleransi (baik antar agama lain ataupun antar agama sendiri) akan membuat agama bukan hanya menjadi rumit tapi malah berbahaya.

Agama atau tokoh agama yang tidak mampu mengajak umatnya untuk melakukan perbaikan prilaku, tidak mampu mampu menyelaraskan agama dengan perkembangan zaman namun hanya berkutat pada dogma dan ritual maka dipastikan akan tersesat.

Agama besar yang tidak mampu melindungi agama kecil adalah sesat

Banyak agama lokal yang sulit berkembang karena tidak mendapat pengakuan hukum dari pemerintah. Nah, dengan pendekatan yang baik dan manajemen yang lebih cerdas maka hendaknya kesulitan warga tersebut bisa difasilitasi dengan memberikan tempat bernaung yang lebih bebas dan mudah yaitu menawarkan “sementara” untuk bergabung dengan Hindu.

Tentu saja, sebelum “mengajak”, kondisi di dalam/intern harus bagus dulu, harus ada konsep yang “sedikti lebih jelas” lebih bagus, bagus, mudah, fleksibel dan universal. Kalau tidak, maka yang terjadi malah penjajahan budaya. Penggunaan nama Pura, beragam istilah, salam dll, semuanya bisa dibicarakan atau diformat ulang sehingga bisa lebih diterima oleh semua kalangan secara nasional.

Ini adalah salah satu dharma atau perbuatan baik versi saya. Selama seseorang berjuang mengusung humanisme, welas asih dan memiliki kepercayaan terhada Tuhan YME maka sudah selayaknya disebut sebagai saudara sedharma. Tahu dan menjalankan Panca Seradha sepertinya sudah merupakan awalan yang lebih dari cukup.

KESIMPULAN PENUTUP

Jangan pernah terjebak oleh kata “sesat” dan “tidak jelas” ataupun sebaliknya, terlena oleh pujian dan kata manis. Kata manis bisa menyesatkan dan sebaliknya kata sesat ataupun pahit kadang menyehatkan.

Beragama tidak cukup hanya dipeluk-peluk dan dielus-elus tapi didayagunakan. Agama tidak akan otomatis membuat seseorang menjadi baik atau cerdas, tapi tapi terkadang bisa juga membuat seseorang menjadi fanatik dan bego, dan ….sayalah orangnya.

Belakangan saya menjumpai kecendrungan fanatisme agama yang semakin membludak di kalangan sebagian orang Hindu. Kalau di Islam mungkin saya bisa maklumi tapi fanatisme orang Hindu? Hmmmm rasanya rada aneh. Di Hindu setahu saya, ajaran-ajaran atau ayat-ayat tentang toleransi, mengendalikan rasa marah dan sejenisnya banyak dijumpai. Jadi kalau mereka menghayatinya, faham esensi agama dengan benar maka saya percaya fanatisme, caci maki apalagi sampai diiringi dengan kekerasan dan perusakan seharusnya tidak perlu terjadi.

Saya sengaja menggunakan judul yang bombastis karena tulisan ini selain dibaca oleh orang Hindu juga dibaca oleh rekan beragama lain, jadi saya harus menuliskannya dengan pendekatan yang berbeda. Coba kalau saya menulis dengan judul “Hindu agama waras, damai dan nomor 1” dijamin rekan yang beragama non Hindu akan muntah membacanya.

= Sesat, sesat, sesat, Sesat melulu. Yang sebetulnya sesat itu Sampean Mbah !

Nah, ini dia si jali-jali. Ditulis panjang lebah tetap aja tidak paham. Ok deh, Mbah memang orang sesat bahkan super sesat. Semua warga (pengunjung tetap) di blog ini juga sudah pada tahu. Sampean mungkin warga baru yang mampir di blog ini karena tersesat, jadi wajarlah kalau tidak tahu. Mbah adalah orang tersesat yang beragama sesat. Begitulah kenyataannya. Harap maklum.

@Copyright dongengbudaya

Baca tulisan sesat lainnya

Untuk membaca tulisan sesat lainnya tentang Hindu, silakan klik DISINI. Kunci jawaban untuk memahami “gaya bahasa sesat” dan tidak jelas pada tulisan di atas bisa dibaca penjelasannya DISINI

Referensi :

Blog ini ditulis di wordpress gratisan (bikinnya gratis). Karena gratisan maka akan muncul iklan di bagian bawah artikel. Iklan ditampilkan secara acak (kadang muncul kadang tidak). Iklan tersebut adalah milik wordpress, bukan milik si penulis blog. BIAR BANYAK YANG LIHAT / KLIK TETAP NDAK JADI DUIT. Info lebih jelas, silakan tanya pengguna wordpress lainnya.

488 respons untuk ‘Hindu, Agama Sesat dan Tidak Jelas ???

  1. Makasih Mbah Wager .. tulisan nya menginspirasi… sungguh berbahagia bisa dilahirkan di Indonesia yang kaya akan budaya dan keragaman rohani..semoga kita semua lebih mengutamakan persaudaraan dalam kyakinan akan Tuhan yg sama.. yg Maha Pengasih..kita dari satu Tuhan.. krn itu kita sejatinya bersaudara… dan janganlah saling berperang dan mencaci..apapun perbedaan kita..itulah yg sama.. Tuhan yg sama ,meski beragam nama sebutan, yang sejatinya mengajarkan welas asih..perbuatan kasih yang seharusnya sama kita semua lakukan…

    1. Salam mbah wager,Saya juga setuju ada awal pasti ada akhir, tapi jangan melupakan yang awal,Tuhan itu satu tapi jalannya saja berbeda.

  2. Salam sejahtera dan damai selalu sepanjang hari dan sejahtera sampai mati,kalau enggak sejahtera berarti koruptornya banyak..hahahaha..biar celaka.
    maaf sebelumnya ini hanya pemikiran saya yang kelewat bumi..,Mbah wage kenapa saya merasa kejadian kelahiran krisna mukti dan kristus itu hampir sama jika krisna dulu raja kamsa membunuh semua bayi yang lahir begitupun di kristus,..herodes membunuh semua bayi laki laki yang lahir..

    1. Katanya juga yang sudah Menebus Dosa

      165.
      pendhak Sura nguntapa kumara
      kang wus katon nembus dosane
      kadhepake ngarsaning sang kuasa
      isih timur kaceluk wong tuwa
      paringane Gatotkaca sayuta

      tiap bulan Sura sambutlah kumara
      yang sudah tampak menebus dosa
      dihadapan sang Maha Kuasa
      masih muda sudah dipanggil orang tua
      warisannya Gatotkaca sejuta

  3. tolong di baca, agama hindu itu bukan agama yg tdk jelas atau sesat, kita semua tahu agama yang ada di dunia itu benar tdk ada yang sesat. jadi tolong jangan beginikan agama membuat penistaan tentang agama yang merupakan “kesalahn yang besar” jadi klo yg ngepost postingan ini tdk tahu tentang hindu sebaiknya jangan di jelekkan. karma menghapirimu.

  4. Jalan mana pun yang ditempuh seseorang kepada-Ku, Semuanya Aku terima. Semua orang mencari-Ku dengan berbagai jalan. (Bhagawadgita, 4:11)
    Sy suka dgn kata2 ini…mskipun sy seorang Muslim

  5. Agama islam adalah agama yg masuk akal sehat….tdk ada kontroversi seperti agama2 lain….semua ajaran islam nyata dan logika….bukan hayalan bukan ilusi..tp islam hanya untuk org2 yg berfikir….org2 yg tak berotak atw berotak tp tak berfikir maka tdk akn bisa menerima islam…

    1. ISLAM ARAB itu ajaran DURHAKA pada ALLAH.Buktinya lafah Allah ditempatkan di sebelah kirinya lafal Muhammad. Itu artinya ALLAH hanya sebagai WAKIL-nya MUHAMMAD saja. Bukti nyatanya adalah umat MUSLIM hanya percaya pada ucapan MUHAMMAD saja ( sebagai presiden ), tapi umat muslim malah tidak percaya pada ALLAH SWT saat ini ( cuma WAKIL yang TIDAK dipercaya). Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

    2. Coba UJI pikiranmu sebagai ISLAM ARAB melawan pikiran saya sebagai ISLAM JAWA dengan cara ADU PIKIRAN atau ADU OTAK atau ADU LOGIKA… di SINI tempatnya !

    3. Kepada RIZKI.. Jika kamu menganggap orang yang bukan ISLAM ( bukan umatnya Muhammad )adalah orang orang TAK BEROTAK , maka kamu harus berani DEBAT melawan saya ,sampai kamu KEOK dan TERSUNGKUR. Sebab komentarmu itu terlalu menghina tapi TIDAK PUNYA BUKTI dan hanya SOMBONG saja.. Kutunggu balasanmu..Okey !

  6. ikut comment yah
    bacaan yg baik
    mungkin yg mengumpat salah mengartikan, karena maksud dr sipenulisnya bukan buruk begitu, atau menjelekkan suatu agam, coba deh dibaca dan dikaji ulang maksud dari tulisannya

    #buat penulis jangan ge-er yah
    #salam kenal 🙂

  7. Artikelnya bagus sesuai dengan kenyataan yang ada karena saya sebagai umat Hindu masih merasa seperti artikel diatas kadang2 masih bingung kenapa upacara agama harus begini kenapa harus begitu, tapi semua balik ke diri sendiri kalo sudah mencintai Tuhan di jalan agama yang dianut ya jalani saja dengan baik. Saya Hindu saya gak bilang agama Hindu yang terbaik atau agama lain tidak baik. Kenapa kita semua harus ribut masalah agama dan harus mempengaruhi orang lain utk ikut satu aliran dengan kita toh semua agama mengajarkan yang baik dan semua terlahir kedunia karena Tuhan. Saya percaya “Semua agama pada dasarnya sama, mengajarkan kebaikan, hanya beda jalan. Tuhan hanya satu hanya beda nama atau sebutan.”.

  8. Sy sebagai orang bali yg dibilang beragama “hindu” sangat berterima kasih sm om wager karena udah memberi pencerahan bagi pemeluk agama lain tentang “agama hindu”. Ntah udah brp cangkir kopi yg udah om wager sruput dalam penulisan artikel ini.

    & Sy juga minta maaf karena banyak semeton2 bali yg kebakaran jembut dengan memakai kata2 mutiara nan indah yg ditujukan thd om wager. Kebodohan & kefanatikan masih menutupi kesadaran & logika mereka. Sy sangat maklum karena ini memang zaman kaliyuga. Zaman kegelapan umat manusia menurut ajaran veda.

    Matur suwun nggih om wager.
    Salam Rahayu!
    Ditunggu artikel sejenisnya

  9. Salam Hormat Pak atau Om Wage..

    Saya seorang pembaca dan bacaan saya mungkin tidak sebagus yang dibaaca para taamu terhormat di rumah Om Wage..

    Tulisan atau komentar saya hanyalah buah pikiran orang yang mungkin dikatakan tidak mengikuti tren jaman…orang primitif dan tidak mengenal unggah ungguh…tidak paham apa itu agama , kitab ,wahyu , Tuhan ,nabi dll
    Saya mungkin saja salah satu dari ribuan atau juta manusia yang dalam posisi yang disisihkan , tidak didengar atau bahkan di cibir hanya karena tidak bisa melakukan beberapa atau banyak hal dan mengikuti mereka,(mereka yang beragama dan mengaku kenal dng Tuhan)
    ==================================

    Salam hormat..

    Dalam melakukan kebaikan maka sebenarnya kita/manusia harus mendengar kata kata atau ajakan siapa?…suara dari manusia lain dengan pola pikirnya atau dari dalam diri kita sendiri??..sebelum melakukan suatu perbuatan apakah tidak terjadi percakapan dalam diri sendiri ? lalu melakukan hal yang terbaik , melakukan hal yang tidak membahayakan jiwa dirinya dan orang lain , ini yang namanya mereka memakai akal sehat dan hati nurani..

    Manusia dari dulu sampai sekarang sepertinya tidak pernah berubah..mempunyai akal pikiran , nalar ,sugesti , hati nurani ,ego dll , tidak beda dengan mahluk lain /hewan dan bedanya hewan tidak memiliki akal seperti manusia…

    Sebelum agama ada , manusia sudah pernah hidup puluhan ribu tahun lebih dulu..sudah ada manusia sebelum ada adam hawa dengan terbukti ditemukan fosilnya di Jawa..

    Sebelum ada ajaran dan nasehat yang baru(agama) pastinya sudah ada aturan hidup yang sudah dijalankan oleh manusia jadul/purba..,dari mana mereka bisa dan mampu berbuat kebaikan dan bagaimana mereka juga melakukan hal yang tercela atau biadab dan sampai sekarang pun tetap ada perbuatan biadab dan tentunya masih banyak manusia melakukan hal yang terpuji…
    Sejarah dan peristiwa perjalanan manusia ternyata tidak berubah , siklus dan rotari rotasinya tetap sama ,dari jutaan tahun silam sampai saat ini bahwa namanya baik dan buruk selalu ada…
    Bila saja mereka manusia purba tidak dibekali akal pikiran dan hati nurani tentunya mereka sudah punah dan kita tidak perlu dan tidak pernah lahir…

    Mohon maaf Pak Wage bila saya ngisruh sedikit karena dengan menulis maka hati saya sedikit plong dan lega…

    Thanks

  10. pak admin boleh tau alamat tinggal anda di bali kayanya anda masih lapar dibali dn poto nama aslinya boleh juga pak ada oleh oleh.

  11. Ni yang membuat artikel benar benar kurang beretika terlalu kelihatan iri hati dan dengkinya terhadap hindu dan kurangajar karena menganggap dirinya paling hebat dalam beragama,

    Agama hindu diindonesia gak berpedoman dan gak berpatokan 100% ke dunia luar indonesia, bahkan diseluruh indonesia pun 1 propinsi dg propinsi lain sangat berbeda dalam pakaian adatnya, alat sarana prasarana dalam menjalankan kegiatan besar keagamaannya, dll walo pun sama sama hindu karena hindu adalah agama universal yang netral yang dimana agama hindu sangat menjunjung tinggi adat budaya dan tradisi daerahnya masing masing tanpa mengurangi makna yang terkandung didalamnya saat menjalankan kegiatan agama antara daerah 1 dg daerah lain pasti akan berbeda dalam pakaian adat yg dia kenakan, dll tapi masih tetap mengakui 1 agama dan menjunjung tinggi 1 agama yaitu hindu

    Dalam agama hindu pula tidak pernah menjanjikan umatnya untuk masuk surga, apa lagi sampai dengan sengaja menyuruh umatnya untuk menyeret umat agama lain agar mau masuk agama hindu karena dalam agama hindu mempercayai bahwa untuk masuk surga gak lah segampang yang kita duga dan kita pikirkan
    misal jika masuk agama a dan mengajak agama lain masuk ke agama kita maka kita akan masuk surga dan dapat bidadari
    jika masuk surga segampang itu maka akan dg mudahnya seseorang yg jahat pindah agama agar bisa masuk surga, dihindu pula tidak pernah menjanjikan bidadari keumatnya dan umat lain yg mau masuk hindu karena kita mati tidak lah memerlukan bidadari dan jika kita mati dijanjikan bidadari berartinya kita hanya mengejar sex semata disurga dg bidadari

  12. Agak sempurna tulisan saudara nii,sy dpt memahami konsep penulisan saudara yg begitu tersurat & tersirat spt jgk kesesatan manusia akhir zaman ini…hahaha…sy jgk dlm agama sesat yg difahami oleh akal & minda manusia yg kerdil agaknya kot? Nmn tdk mengapa, sesat manusia hanya kerana perbezaan pengaruh pemahaman agama masing2 agaknya kot? Mari lah saudara agar kita yg bernama manusia agar membina kemanusiaan wlpn kita berada dlm agama sesat…hmmmmmmmmmmmmmmmmm…

  13. saya hindu, dan melihat tulisan ini sangat menarik dan logikanya ada. Saya berpikir (hasil dari personal research) kalau hindu bukanlah agama, melainkan sebuah jalan hidup (way of life).
    agan mungkin bisa dapet wejangan menulis jika googgling tentang 2 hal ini XD (kalau belum pernah):

    1. check interview Sadhguru.
    2. Ateisme dalam Hindu.

    hehe saya tak pandai nulis, jadinya saya cuman pendam sendiri benak yang saya punya XD.

  14. Yang buat berita perlu lagi menggali lebih dalam tentang hindu dan terjun langsung kemasyarakat karena apa yang dia katakan sama sekali gak benar dan menyesatkan
    seharusnya yg nulis jika merasa diri hebat maka belajarlah lagi agar gak malu maluin dalam buat status komentar

  15. Menilai Agama yang bukan Agama sendiri. Tentu tidak elok. Karena sudut pandang yang berbeda. Agama XX yang dinilai dengan alat ukur Agama ZZ, pasti tidak Pas. Meskipun yang menilai MERASA memiliki pengetahuan yang mumpuni mengenai Agama yang dinilai.
    Kalau mencoba menilai Agama di Indonesia secara umum, silahkan kalau ada kemampuan untuk mengadakan penelitian kecil-kecilan (siapapun dia). Ibarat sebuah Perguruan Tinggi meskipun kurikulumnya WAH, dengan akreditasi AA plus. Tapi pada akhirnya nilai Perguruan Tinggi itu akan ditentukan oleh outputnya. Perguruan tinggi yang kurikulumnya DIATAS KERTAS SANGAT WAH, tapi kalau mahasiswanya hobbynya tawuran, dan setelah tamat menyumbang pengangguran dan malahan ada yang terjun ke dunia kriminal, menjadi koruptor misalnya. Masihkah kita HARUS KAGUM dengan Perguruan Tinggi seperti itu.

    Penelitiannya sederhana saja, dilakukan diseluruh Provinsi (Inipun kalau ada yang mau dan mampu melakukannya).
    1. Data penghuni Lapas diseluruh Provinsi, sesuai dengan Agamanya.
    2. Cari prosentase jumlah penghuni lapas berdasar agamanya
    3. Cari proporsi penganut agama di Provisnsi itu dan cari prosentasenya
    4. Kalau sudah dapat prosentase Provinsi, coba digabung untuk seluruh Indonesia.
    5. Lalu tariklah Kesimpulan Agama mana yang memperoleh nilai A, B, C atau D (dilihat dari output prilaku pemeluknya).

    Meski hasilnya tidak Valid sekali, karena hanya memakai SATU alat ukur, yaitu penghuni bui. Paling tidak kita ada gambaran, pantaskah kita sebagai pemeluk Agama tertentu, menilai Agama orang lain ???

  16. Saya Hindu (Hindu India), saya suka artikel mas, walaupun terliat ngacoh tetapi sebenarnya banyak makna yg baik, prinsip saya agama harus welash asih, di Hindu saya melihat itu tanpa ada unsur pemaksaan, tanpa ada janji surga, neraka dll. Hidup saya saat ini adalah karma dr kehidupan yang lalu.
    Ritual dalam Hindu terlalu banyak bagi saya tidak penting semua harus diikuti gunakan akal dan logika. Yang paling tidak bisa saya terima adalah ritual mengorbankan makhluk hidup. Terima kasih.

  17. Manusia sebagai umat itu TIDAK BOLEH memberi NAMA DIRI ( nama SUBJEK ) pada TUHAN-nya. Sebab sebagai manusia tentu lahirnya lebih belakangan daripada TUHAN-NYA. Manusia hanya boleh memberi nama gelar atau nama sebutan untuk TUHAN-NYA. Sebab nama gelar dan nama sebutan itu boleh disandangkan belakangan oleh pihak yang lebih belakangan. Ibaratnya begini seorang CUCU ( ibarat manusia ) tentu TIDAK bisa dan tidak boleh memberi nama pada KAKEKnya ( Ibarat TUHAN ). JIka ada manusia yang berani memberi nama diri pada TUHAN-nya berarti manusia itu merasa lebih dulu dan merasa lebih TUA daripada TUHAN-NYA.

  18. Umat Hindu tidak perlu KEBAKARAN jenggot. Sebab tulisan OM WAGE ini maknanya bisa juga SATIRE alias SINDIRAN bagi umat MUSLIM yang suka menuduh SESAT pada agama HINDU.
    Oleh sebab itu para pembaca harus mengerti berbagai macam makna antara lain, makna tersurat, makna tersirat, makna lambang, makna pralambang, makna situasi, amakna kondisi, makna transisi dan juga makna implikasi. Sehingga pembaca bisa memahami tulisan itu secara komprehensip dan bisa mengambil ilmu inti sarinya.

  19. Maaf.. Umat HINDU di Bali rata rata TIDAK PUNYA JENGGOT,… Hal itu sangat berbeda dengan umat muslim di Arab yang punya JENGGOT PANJANG PANJANG… semakin PANJANG JENGGOTnya maka semakin ..GOBLOK… Huaaaaaaaa

Nama, mail dan website BOLEH diKOSONGkan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.