WAKTU (Kala)

# Mimbar Agama dan Budaya
Tulisan menarik karya Bli Putu Wawan, yang khusus ditulis atau disumbangkan untuk blog dongeng budaya.

kala

“WAKTU”
Oleh : Putu Wawan. 

Banyak orang merasa kehabisan waktu dalam mengerjakan tugas-tugas atau kewajibanya. Waktu seolah menjadi sosok yang menakutkan, dan digambarkanlah ia sebagai Sang Kala yang bersosok imajinatif berwajah seram dengan taring panjang yang tajam, berkepribadian menakutkan yang setiap saat siap menerkam. Akan tetapi bagi orang bijak, waktu itu sangat penting dan tidak menakutkan, sebab mereka mampu mensinergikan dirinya dengan mengelola waktunya dengan berbagai aktifitas yang bermanfaat dengan cara “membunuh” waktu, yaitu melalui jalan bhakti, jalan karma, jalan jnana dan jalan yoga. Keempat jalan ini dikenal dengan Catur Marga.

Bagawad Wararuci dalam teks Sarasamuscaya menjelaskan bagaimana menghargai waktu dikehidupan ini, ia menyebutkan: “Kelahiran sebagai manusia sangat pendek dan cepat, bagaikan pijaran cahaya petir, lagi pula kesempatan seperti ini sungguh sulit di dapatkan. Oleh karena itu pergunakanlah kesempatan ini sebaik-baiknya, lakukanlah perbuatan-perbuatan bajik/benar yang akan memutus lingkaran dan putaran kesengsaraan lahir dan mati, dimana kebebasan abadi itu bisa di peroleh”.

Orang bijak yang lainnya mengandaikan cepatnya waktu berlalu bagaikan orang bersenggama, sehingga banyak yang tidak puas dengan apa yang dikerjakan pada waktu yang telah berlalu karena begitu singkat, bahasa Balinya jahene akebyasan (enaknya hanya sebentar). Teks Kala Tattwa pun menceritakan tentang waktu, diceritakan Dewa Kala terlahir dari Kama Dewa Siwa tatkala melihat kain Dewi Uma tersingkap hanya dalam beberapa saat. Singkat cerita Kala lahir dan tumbuh cepat. Dalam pencarian orang tuanya ia berteriak menanyakan siapa orang tuanya kepada siapa saja, teriakannya sampai menggetarkan surga, akhirnya menyebabkan Dewa-dewa di surga marah dan pertempuranpun tak terelakkan. Ajaibnya Dewa Kala tidak terkalahkan oleh Dewa penghuni surga yang menguasai 9 penjuru mata angin. Makna yang dapat kita petik dari tatwa ini adalah bahwa yang abadi itu adalah perubahan, seiring berjalan dan kesaktiannya sang waktu, begitulah teks esoteris bercerita.

dali-clock

Waktu dalam peradaban Eropa, dipahami sebagai sesuatu yang linear, yakni sesuatu yang bergerak lurus. Ia terdiri dari masa lalu, masa kini dan masa depan dalam teks Hindu ini diistilahkan dengan Tri Semaya. Ketiganya dilihat sebagai tiga hal yang berbeda, walaupun saling berhubungan. Jika masa lalu sudah lewat, maka ia sudahlah berlalu, dan tak akan bisa kembali lagi. Dari sudut pandang ini menjadi sumber slogan yang populer tentang waktu, bahwa waktu adalah uang. Artinya, waktu adalah sumber daya yang bisa habis dipakai. Jika penggunaan waktu kita secara tidak produktif, maka kita seperti membuang uang saja. Pandangan waktu sebagai sesuatu yang lurus dan terbatas layaknya sumber daya inilah yang membuat kita merasa terus dikejar oleh waktu, dan memacu diri kita terus menerus untuk mewujudkan rencana-rencana kita dalam rentang waktu tertentu.

Filosof lainnya berpendapat berbeda, ide waktu yang linier dianggap tidak universal. Ada pandangan yang lain tentang waktu, yakni waktu sebagai lingkaran. Ia tidak lurus, dan tidak terbagi terpisah antara masa lalu, masa kini dan masa depan. Di dalam pandangan waktu sebagai lingkaran, segala sesuatu akan berulang, dan membentuk pola yang tetap. Waktu bukanlah sumber daya yang terbatas. Sebaliknya, ia tak terbatas, dan akan menciptakan dirinya sendiri berulang-ulang tanpa henti.

Filsuf Jerman Martin Heidegger berpendapat, bahwa waktu adalah horison hidup manusia. Dalam arti ini, manusia adalah mahluk yang mampu mempertanyakan dasar dari seluruh kenyataan yang ada. Ia berada di dalam kenyataan, dan selalu hidup di dalam tiga kategori waktu yang terjadi secara bersamaan, yakni masa lalu, masa kini dan masa depan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) menjelaskan, waktu adalah seluruh rangkaian proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Didalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan atau kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya kejadian. Skala waktu diukur dengan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Dalam setahun terdiri dari 12 bulan, dalam satu bulan terdiri dari 4 minggu, dalam seminggu terdiri dari 7 hari, satu hari terdiri dari 24 jam, 1 jam terdiri dari 60 menit dan 1 menit terdiri dari 60 detik, begitulah perhitungan waktu itu.

Di Bali, baik dan buruknya waktu diatur dalam wariga, dimana setiap waktu memiliki maknanya masing-masing untuk menata segala segi kehidupan. Masalah wariga dan Baik buruknya hari (dewasa) melingkupi pengertian pemilihan hari dan waktu yang baik, ada perlu diperhatikan beberapa ketentuan yang menyangkut masalah wewaran, wuku, tanggal, sasih dan dauh dimana kedudukan masing-masing waktu itu secara relative mempunyai pengaruh, seperti yang didalilkan sebagai berikut: Wewaran dikalahkan oleh wuku, Wuku dikalahkan oleh tanggal panglong, Tanggal panglong dikalahkan oleh sasih, Sasih dikalahkan oleh dauh, Dauh dikalahkan oleh de ning wetuniya Sanghyang Triodasa Sakti (keheningan hati).

Dari perputaran waktu itu, sepatutnya kita merenung di tahun baru ini (Wartamana), apa yang telah lewat (Atita) seharusnya menjadi pelajaran untuk menapak masa depan (Nagata). Sehingga kata-kata bijak di upanisad patut kita kaji yang mengatakan : “Waktu adalah aku. Aku adalah waktu. Keduanya sama dan tak terpisahkan. Pikiranku tak bisa terpisahkan dari waktu, dan waktu adalah persepsi dari pikiranku sendiri……

Rahayu

23 Januari 2017

Putu Wawan
Penulis kontributor blog dongeng budaya

Keterangan gambar 1 : Kepala Kala dari candi Kidal Jawa timur. Credit image : Wikipedia
Keterangan gambar 2 : Lukisan “Melting Watch” karya Salvador Dali

11 respons untuk ‘WAKTU (Kala)

  1. Selamat SORE dan SALAM kepada
    @Oom Wager (EMPU-nya Blog);
    @Para Pinisepuh;
    @Para Winasis-Waskita;
    @Para Warga Padepokan Mbelgedez;
    Para Alumni dan Para Sedulur Semua@

    Salam Oom WAGER@
    Pertamax, langsung bungkus.
    Tulisan yg impresif & berkualitas (nuwun sewu…., sayang-nya bukan hasil karya Simbah WAGER, jika hasil karya Panjenengan 2 Jempol saya acungkan / berikan….. heheheee…….).

    Di Agama kami pun Islam, WAKTU sangat dihargai dan penting, sehingga ada tersendiri di dalam Kitab Suci, Al – Qur’an (Surat Al – Asr = Masa / Waktu, Surat ke 103), bahkan…… INTI SARI dari ISRO MI’RAJ-nya Rasulullah (Nabi Muhammad Saw) secara HORIZONTAL adalah berkenaan dengan waktu, dimana Beliau MENEMBUS (BATAS) WAKTU, Masa lalu, Masa sekarang / saat itu, dan Masa yang akan datang, dan Puji syukur Alhamdulillah, GUSTI Ingkang Moho Suci, mewariskan / menurunkan-NYA kepada Para Kekasih-NYA, Manusia2 yang sangat khusus dipilih dan terpilih, yang bisa menembus (batas) waktu.

    Psssttt……. ngomong2 tetapi kenapa yaaa……. Para Pemimpin kita silih berganti ngutang melulu…….. apakah tidak belajar & mempelajari waktu (masa)-kah….? Atau kita Negara miskin-kah….?

    Rahayu Sagung Dumadi,
    Jayadanjayalahblogdongbudpadepokanmbelgedez,
    Majulahdanjayalahnusantaraibupertiwimerahputihnkri

    1. “KENAPA NEGARA NGUTANG MELULU?
      Mengapa tidak belajar dari masa lalu?”,

      Jawaban abal2 saya, karena pemerintahan itu adalah rezim dan keberhasilannya diukur dalam waktu 5 tahuanan. Keberhasilan suatu rezim diukur dari pertumbuhan ekonomi, pembangunan fisik, proyek, jalan, jembatan, infrastruktur, gaji pegawai dinaikkan, bensin murah, sandang pangan murah dll. Jadi bagaimana caranya? Ya ngutang.

      “Hebat, sejak sezim sekarang berkuasa, gaji guru naik, gaji tentara naik, gaji anggota dewan naik, anggaran ormas naik, anggaran pembangunan tempat ibadah naik dst” Sebagian rakyatpun pasti senang, walaupun semua itu sebetulnya didanai dari ….. utang.

      Kalau untuk kasus perusahaan, hal standar dilakukan untuk perusahaan yg hampir bangkrut adalah merampingkan jumlah pegawai, memangkas gaji/tunjangan, mengurangi biaya serta meningkatkan pemasukan.

      Cuma sekali lagi, negara tidak sama dengan perusahaan. Memangkas jumlah anggota DPR atau MPR jelas tidak mungkin. Walaupun sebagian dari mereka jelas2 tidak produktif, tidak kerja, tetap harus digaji besar juga, diberi tunjangan ini itu serta dibiayai sekali kali dibiayai jalan-jalan ke luar. Biayanya? Ya dari mana lagi kalau bukan dari hutang, yang kalau anggarannya dialihkan, bisa untuk membangun jalan, sekolah atau rumah sakit.

      Pegawai konsulat Ri di luar negeri, terlebih lagi yang berlokasi di negara Eropa yang menurut saya luar biasa “gemuk” untuk ukuran negara miskin dan banyak hutang. Bawa keluarga serta anak istri, tentu membutuhkan anggaran yg luar biasa besar. Membaca berita di meia, disaat konflik di Yaman meletus, jumlah staf konsulat yang diungsikan membuat saya kaget. Untuk negara kecil saja jumlah pegawai sudah sebanyak itu, tidak terbayang untuk negara besar, maju dan makmur. Kelihatnya sepele, tapi untuk kondisi negara miskin, penghematan adalah keharusan.

      Apapun yang dipangkas, aliran dana distop dan sejenisnya pasti akan menimbulkan gejolak, terlebih lagi untuk negara miskin. Dana ormas saja distop bisa demo besar.

      Menambal kebocoran alias korupsi, berhemat atau mengurangi pengeluaran tdk penting juga sangat vital untuk menyehatkan keuangan negara. Lha, siapa yg mau anggaran untuk jalan2 berkedok study banding ke LNnya mendadak dihapus?

      Jadi gimana dong caranya? Ya itu tadi, ngutangl, gali lubang tutup lubang. Toh yang nanti bayar adalah rezim selajutnya.

      Sebetulnya banyak yang BISA DIHEMAT untuk ukuran negeri miskin dan banyak hutang. Banyak yang bisa “DIPETIK, DIGALI atau DIJUAL untuk ukuran negeri subur dan kaya. Banyak yang bisa DIBURU, DITANGKAP untuk kondisi negeri yang banyak hamanya. Serta banyak yang bisa DITAMBAL untuk negeri yg banyak bocornya.

      Mengelola uang atau hutang dibutuhkan keterampilan. Kalau tidak terampil ya sampai kapanpun akan tetap terlilit hutang. Sudah tidak terampil kelola hutang, banyak bocornya lagi. Lengkap deh…..

      Belajar dari sang waktu. EGP lah, toh utang negara dan yg bayar bukan gua.

      *Mabuk tuak di hari jumat. Nulis apa bingung sendiri….

    2. kenapa berpikir negara kita miskin? orang2 cerdas yg dipakai asing orang2 lahir di bumi atlantis yg isi perut buminya emas semua….salah kelola??? iyalah , import itu merusak segalanya….terlebih Tuhannya juga import

  2. Sallamun alaik Pak Pejalan..

    Waktu..
    ” dia begitu tegas dan jelas ”

    Negara kita sangat kaya, Pak..
    Bahkan terlalu kaya, jelata bingung bimbang pembesar mana yang harus mereka percaya.

    Semuanya bilang golongan mereka yang paling benar. Rakyat bertanya kemana lagi mereka harus mengadu sementara Dewan yang katanya Wakil RAKYAT kenyataannya tak mewakili rakyat. Rakyat butuh ketentraman, hanya itu yang rakyat butuhkan. Masalah kehidupan Rakyat bisa mencukupi sendiri kebutuhan mereka tak perlu disuapi.

    Embuhlah..
    Mungkin nanti..
    Rakyat menggugat..
    siapa yang harus digugat..

    RAHAYU

  3. Salam untuk Kang Pejalan
    Salam untuk Kang Hyaidosomuko
    Salam untuk Kang Tomyarjunanto
    dan salam untuk semua rekan lainnya,

    Saya merasa sangat beruntung mendapatkan sumbangan tulisan menarik di atas dari Bli Putu Wawan, sahabat saya di facebook.

    Tulisan yang menurut saya sangat bagus dan menarik baik dari pilihan topik ataupun penyampaiannya. Perpaduan antara info budaya, mythologi dan situasi kekinian. Di dalamnya juga terselip mimbar agama, namun saya menganggap masih dalam batas wajar karena sama sekali tidak terkesan menceramahi.

    Gaya penulisan serta “mimbar agama” seperti ini menurut saya pas dengan dongbud karena yg disajikan adalah pengetahuan (agama) yang bersifat umum atau universal.

    Artikel akhirnya menjadi semakin lengkap serta pengetahuan kita akan menjadi semakin terbuka dan luas ketika ada tambahan tulisan dari rekan lain dari sisi atau versi agama lain. Contohnya, komentar dari kang Pejalan tentang waktu dari sudut pandang Islam.

    Tulisan bagus, topik bagus, cuma ya itu, ibarat dagangan, ya nyaris dipastikan akan tidak laku alias sepi komentar…..

    rahayu

  4. Selamat Malam Para Warga Dongbud.
    Semoga selalu sehat dan sejahtera.

    Salam Kang Wager, Kang Pejalan, Cak JS, Kang BB, Kang TB, Kang Nurkahuripan, Kang GP, Kang PHK, Ning Dewi, Ning Bluesea, Kang Hyai.
    Senang bisa menengok Padepokan yg penuh kenangan ini.
    Mohon maap…. selama ini sangat jarang bertutur sapa… sampai lupa cara nulis dan ngirim gambar di blog wordpress.
    Salam kenal bli Putu Wawan. Tulisan yg berkwalitas tinggi. Terimakasih sumbangan pengetahuan bli.
    Nuwun.

    1. Salam Kang ABR,
      Senang mendengar Akang masih sehat. Lupa cara berkomentar posting gambar dll, masih bisa dimaklumi Kang, yg parah adalah lupa jalan pulang atau lupa nama sendiri. Itu mah sudah pikun kategori parah. Nuwun Kang sudah ditengokin. salam

  5. Salam abal-abal mbah wager….
    Sekian lama akhirnya bisa singgah lagi ke padepokan ini..

    Berhubung saya orang bali
    Ditempat kami terkenal dengan pepatah budaya ” Desa, kala, patra” yang artinya kita diaarankan bertindak sesuai deangan tempat, waktu, dan keadaan..

    Namun saya punya definisi sendiri

    “Apa itu waktu? Bukan benda dapat dipercepat atau diperlambat, namun tidak bisa mundur”

    Selain itu ada yg menyebutkan waktu adalah besaran dimensi ke 4….

Nama, mail dan website BOLEH diKOSONGkan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.