Satrio Piningit bagian V “Cocoklogi Ramalan Jayabaya”

DONGBUD. Wage Rahadjo. Satrio Piningit, pemimpin besar yang diramalkan oleh Raja Joyoboyo akan hadir membawa kejayaan bagi Nusantara menuju mercusuar dunia. Mercusuar dunia? Bagaimana mungkin dan lagian apakah ramalan tersebut sudah pasti benar?

Nah. lewat artikel inilah saya mencoba untuk kembali menuliskannya. (Bagi rekan yang sudah bosan membacanya, silakan diabaikan saja). Mengulas beberapa kata kunci penting dan mencocok-cocokannya dengan kondisi terkini. Hasilnya ternyata luar biasa, cocok 100% !!! Tidak percaya? Baca selengkapnya di bawah ini.

Kata kunci no 1 : Tikus Pithi Anoto Baris

Tikus adalah binatang pengerat, hama bagi petani. Di dunia pemerintahan, tikus adalah analogi untuk  para koruptor. Jadi tikus pithi, anoto baris artinya tikus kecil berbaris atau menata barisan. Lho, berbaris kemana?

Berbaris menunggu giliran untuk ditangkap aparat karena kasus korupsi atau sebaliknya, menata barisan untuk melakukan korupsi dengan lebih bersar, lebih canggih atau terang terangan dan tanpa perlu malu-malu atau menyembunyikan diri?

Sudah kita bukan rahasia umum lagi bahwa korupsi sudah sedemikian parah di negeri ini. Hampir tidak ada orang, pejabat atau departemen yang bersih dari korupsi, tidak terkecuali untuk departemen agama sekalipun. Parah bukan?

Tikus kecil ditangkap, lha, terus bagaimana dengan tikus besar yang mainnya diatas miyaran? Apakah kasusnya akan dibiarkan menguap begitu saja? Entahlah….

“Arti lain dari Pithi adalah sejenis bakul kecil (dari bambu) biasanya untuk wadah beras untuk persediaan makan selama seminggu. Pithi juga bisa berarti kartu kecil seprti ceki atau kartu cina. (sumber kloso bedah)”. Jadi apakah ini artinya negeri ini sedang terancam wabah kelaparan sehingga orang-orang berbaris membawa bakul minta sumbangan beras? Atau parahnya masalah lapangan kerja sehingga rakyatnya banyak yang menganggur dan mengisi waktu dengan bermain judi ? Entahlah….

Kata kunci no 2 : Kodok Ijo Ongkang Ongkang

Kodok adalah lambang dari kesuburan, binatang kecil yang sangat spesial karena dianggap bisa memanggil hujan. Oranmen kodok umum dijamai pada ragam hias zaman dulu serta nekara.

Jadi kodok adalah simbol dari peradaban masyarakat agraris. Namun disaat pertanian tidak lagi menjadi prioritas, disaat hektar-an tanah pertanian lenyap dan berganti menjadi pemukiman maka kodokpun menjadi menganggur alias ongkang-ongkang kehilangan fungsi dan perannya.

Ijo atau hijau juga identik dengan lambang partai agama atau kalau di negeri Kurawa identik dengan partai lingkungan hidup. Jadi apa hubungannya dengan kodok ijo ongkang-oangkang? Entahlah. Mungkin saja artinya adalah orang partai yang ongkang-ongkang kaki meraih jabatan dengan hanya menjual isue agama atau lingkungan. Mungkin juga artinya oknum agama atau partai agama yang ditangkap karena kasus korupsi dan sekarang duduk ongkang-ongkang di hotel prodeo. Entahlah…….

Kata kunci no 3 : Semut Ireng Anak-anak Sapi

Semut adalah pekerja keras, sedangkan sapi juga adalah binatang pekerja, penghasil susu. Jadi “semut ireng anak-anak sapi”, dari leluhur pekerja keras menghasilkan keturunan yang juga pekerja keras. Nampaknya pas dan cocok bukan?

Sapi juga dikenal sebagai binatang yang mengunyah makanan sambil tiduran, artinya ya hidup santai, tidak kekurangan sandang pangan. Sedangkan semut adalah binatang yang bekerja siang malam. Tampaknya cocoklah dengan kondisi terkini yaitu aktivitas para pekerja yang menuntut jam kerja lebih panjang, malampun kadang harus lembur.

Semut, binatang pekerja. Sekali lagi pekerja, bukan bos. Hitam artinya orang lapangan dengan kulit hitam terbakar matahari atau hitam berlepotan oli karena bekerja di bengkel atau di dealer perusahaan otomotif. Hitam bisa juga terjadi karena polusi kenalpot kendaraan bermotor karena tiap hari terjebak kemacetan lalu lintas. Cocok lagi bukan? Kalau tidak cocok ya dicocok cocokkan.

Kata kunci no 4 : Kebo Bongkang Nyebarang Kali Bengawan

Seperti halnya dengan sapi, kebo atau kerbau juga adalah simbol binatang pekerja, patner penting bagi para petani. Binatang ini sangat handal dan kuat digunakan untuk membajak di sawah, mengangkut hasil pertanian, meutar mesin giling dll.

Namun pertanian sudah hampir lenyap ataupun kalau masih tersisa, membajak sudah tidak lagi menggunakan sapi atau kerbau tapi sudah menggunakan traktor. Kerbaupun menjadi menganggur karena kehilangan lahan pekerjaan. Agar bisa hidup maka kebo terpaksa harus menyebrang ke desa lain, ke kota lain atau bahkan ke negeri lain, sebagai TKW, buruh perkebunan atau anak buah kapal.

Kebo kadang dianalogikan sebagai binatang yang rajin atau bisa juga sebaliknya, simbol binatang bodoh, penurut, terikat ol dan bekerja sesuai perintah majikan. Kalau dikaitkan dengan kondisi ketenaga-kerjaan di negeri ini, sepertinya relatif sesuai. Sistem pendidikan hanya menghasilkan para kerbau.

Di dunia politik, kerbau dipakai sebagai simbul salah satu partai politik. Kebo bongkang, kerbau besar. Nyeberang kali, nyeberang kemana? Artinya bisa jadi haluan politiknya yang menyebrang, dari wong cilik menjadi wong besar. Menyebrang dari membela rakyat menjadi bersebrangan dengan rakyat. Entahlah….

Kata kunci no 5 : Kejajah seumur jagung, karo wong cebol kapalang

Dijajah oleh orang cebol (pendek) seumur jagung. Banyak orang mengubungkannya dengan penjajahan Jepang, puluhan tahun lalu, sehingga ramalan ini dianggap sudah selesai alias expired. Mungkin benar, namun saya, simbah memiliki opini lain.

Menurut saya, penjajahan Jepang sama sekali belum berakhir alias masih berlangsung. Saat ini, negeri ini masih dijajah oleh Jepang lewat bantuan luar negeri, kebijakan politik dan produk otomotif dan teknologinya. Hp anda mungkin buatan China atau Korea, tapi dari manakah teknologi glass, lensa dan sensor kamera itu berasal?

Kemudian jangan lupa, penjajahan yang paling parah dan konyol dari yang paling konyol adalah dijajah oleh bangsa sendiri, orang-orang cebol yang bernama wakil rakyat. Negeri ini sedang dijajah oleh para pejabat partai yang ber-otak cebol, hanya berjuang demi memenuhi syahwat kekuasaan dan uang semata. Kondisi menjadi semakin parah ketika para tokoh agama juga ikut-ikutan tergiur untuk berpolitik. Mending kalau bagus dan jujur. Lha, ini malah ikut-ikutan korupsi dengan jumlah yang tidak kalah fantastis. Akhirnya, rakyat kecil hanyalah sekedar penonton atau kerbau tunggangan saja.

Kata kunci no 6 : Tarung Sekandang

Kata kunci terakhir yang PALING MENGERIKAN yaitu bertarung dalam satu kandang alias PERANG SAUDARA. Selama ini tragedi perang saudara di berbagai belahan dunia hanya bisa kita saksikan di layar kaca, namun tidak tertutup kemungkinan, nantinya perang saudara tersebut akan terjadi juga di depan mata !

Kurangnya rasa tenggang rasa, tidak terbiasa bertoleransi, merasa benar sendiri, hati mudah panas dan tersulut, ditambah lagi dengan cuaca yang memang panas karena pengaruh perubahan iklim, banyak hutang, perut lapar dll maka kerusuhan akan mudah meletus. Ironisnya, sekelompok orang bisa dengan mudah disuruh bertarung hanya dengan bayaran nasi bungkus. Apalagi kalau ditambah dengan iming-iming surga maka pertarungan akan menjadi jauh lebih besar dan berdarah.

Banyaknya ormas di negeri ini kemudian ditambah lagi dengan fanatisme agama serta kesukuan yang sangat kental merupakan bom waktu menuju perang saudara alias tarung sekandang. Tampaknya tinggal menunggu “pemicu-nya” saja.

Kata kunci no 7 : Munculnya Kembali Sobdo Polan dan Noyo Genggong

Sabdo Palon Noyo Genggong adalah merupakan penasehat spiritual Prabu Brawijaya V ( memerintah tahun 1453 – 1478 ). Nama tokoh ini disebut-sebut dalam Serat Darmagandhul dan dalam bait-bait terakhir ramalan Joyoboyo  yaitu bait 164 dan 173 .

Sabdo Palon dan Noyo Genggong hadir kembali membawa kemakmuran dan kesejahteraan yang telah lama hilang. Bagaimana caranya? Entahlah, yang jelas, kedua tokoh legenda ini dipercaya akan membawa agama Buddhi. Maksudnya buddhi pekerti? Ya mungkin saja. Bukankah ajaran-ajaran tentang budi perkerti sudah lama hilang di negeri ini?

KESIMPULAN

Kesimpulan apaan? Ini khan cuma tulisan abal-abal. Apalagi di bagian judul sudah ditulis dengan jelas yaitu COCOLOGI yang artinya kurang lebih ya mencocok-cocokkan.

(Cocologi atau cocoklogi adalah slang yang biasa digunakan oleh para skeptis, ateis dan agnostik dalam menanggapi sebuah postdiksi atau sebuah dalil yang bersifat mencocok-cocokan suatu fenomena yang sedang atau sudah berlangsung dengan ramalan, nubuat, teori, ayat-ayat kitab suci dan berbagai hal lainnya yang berhubungan dengan spiritualisme dan agama. Sumber : wikipedia)

Pada ramalan Joyoboyo bait nomor 141 disebutkan bahwa kemunculan Sang Satrio Piningit akan didahului oleh goro-goro, huru-hara, kerusuhan, bencana alam,  banjir bandang terjadi dimana-mana, gunung meletus tak terduga, tanpa memberi isyarat sebelumnya.dst.

Jadi apakah bencana alam dan gonjang-ganjing politik yang terjadi sekarang adalah merupakan tanda-tanda mistik kehadiaran Sang Satrio Piningin ? Ya, silakan pembaca ikut menjawab atau mencocok-cocokkan sendiri.

Copyright@dongengbudaya

Catatan:

Suatu hari, Kang O-O, presiden padepokan Kloso Bedah, meminta saya untuk membuat rangkuman dari artikel-artikel Beliau tentang topik Satrio Piningit.

Asem koplak. Beliau jelas-jelas sudah tahu bahwa saya sama sekali tidak paham dan juga tidak terlalu berminat dengan topik perSPan, namun tetapi Beliau tetap “memaksa” saya untuk menuliskannya. “Saya juga ingin tahu rangkuman versi abal-abalnya”. Wakakakk……

Tawaran yang menarik dan sayapun berjanji untuk membuatkannya. Tapi janji tinggal janji dan nyaris terlupakan. Nah, menjelang tutup tahun, tulisan saya buat sesuai pesanan.

Walaupun keberadaan Beliau, Kang O-O, mungkin sudah hilang dari dunia maya, setidaknya tulisan ini saya gunakan sebagai ajang untuk belajar menepati janji.

Penting ! Tulisan ini nyerempet ke politik. Ini semua adalah murni insiatif dan imajinasi saya (wager) dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan (pesanan) Kang O-O.

 salam

.

.